Skip to main content

Gambaran Pengetahuan Keluarga Tentang Dampak BAB di sembarang tempat

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman masalah pembuangan kotoran manusia meningkat dilihat dari segi kesehatan masyarakat. Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin di atasi karena kotoran manusia adalah sumber penyakit yang multi komplek (Soekidjo,N,1997:157).

Kesehatan lingkungan pada hakekatnya merupakan kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula, ruang lingkungan antara lain mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia atau tinja, penyediaan air bersih dan pembuangan sampah (Soekidjo,N, 2003:57)

Program pembangunan kesehatan yang dilaksanakan telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi terhadap pembangunan kesehatan. Dalam program Indonesia sehat 2010: tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai dan pemukiman yang sehat (Depkes, 2009:1).

Pemukiman padat penduduk di Indonesia sulit ditemui lahan yang cukup luas yang “rela” digali dan dibangun sebuah septiktank raksasa, sehingga masyarakat memilih Buang Air Besar di kali / empang, pada tahun 2005 tercatat 20 Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di 11 provinsi Indonesia, angka ini cukup tinggi dibanding sebelumnya. Apalagi ketika pasca bencana banjir melanda dapat terlihat sumber dari segala sumber adalah tinja akibat sistem sanitasi buruk, jumlah diare pada tahun 2006 tercatat 42.030 orang 18 meninggal, tahun 2007 sedikit menurun jumlah diare yakni 37.456 kasus 20 meninggal (Depkes 2009).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan pada tahun 2008 masyarakat yang mengalami penyakit diare sejumlah 1.210 orang, 3012 rumah yang mempunyai dan memakai jamban.

Sedangkan data Puskesmas Turi Kabupaten Lamongan pada tahun 2008 masyarakat yang mengalami penyakit diare 743 orang, penyakit kulit infeksi sejumlah 1.288 didapatkan 413 sekitar 32,06%, kulit alergi sejumlah 944 didapatkan 389 sekitar 41,3 %, penyakit kulit karena jamur sejumlah 664 didapatkan 227 sekitar 34,18%, rumah yang memakai dan mempunyai jamban 139 Kepala Keluarga.

dst............................................................................................mau lebih lengkap sampai bab 5 dan hasil spss, serta lampiran lainya............silahkan hubungi 085645040345

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,