Skip to main content

hubungan antara peran keluarga terhadap kepatuhan klien skizofrenia dalam minum obat

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit skizofrenia memang masih kurang populer di kalangan masyarakat awam. Tetapi gangguan jiwa ini sudah mulai mencemaskan karena sampai sekarang penanganannya masih belum memuaskan. Di masa lalu banyak orang menganggap skizofrenia merupakan penyakit yang tidak dapat diobati. Akan tetapi seiring dengan kemajuan dibidang ilmu kedokteran jiwa maka kini anggapan itu berlangsung hilang dan diakui skizofrenia sebenarnya termasuk gangguan kesehatan dan termasuk dalam ilmu kedokteran jiwa (psikiatri) yang penanganannya sesuai dengan terapi kedokteran sebagaimana halnya penyakit fisik lainnya (Dadang Hawari, 2001 : 1).

Gangguan jiwa skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja. Akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala skizofrenia. Berbagai penelitian telah banyak dilakukan untuk menjelaskan tentang penyebab skizofrenia. Dalam teori biologi menjelaskan penyebab skizofrenia yang berfokus pada faktor genetik, faktor neuronatomi dan neurokimia (struktur dan fungsi otak) serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap pejanan suatu virus (Sheila L. Videbeck, 2008 : 35).

Terapi yang komperehensif dan holistik, dewasa ini sudah mulai dikembangkan meliputi terapi obat-obatan anti skizofrenia (psikofarmaka), psikoterapi, terapi psikososial dan terapi psikoreligius. Terapi tersebut, khususnya obat psikofarmaka harus diberikan dalam jangka waktu yang lama. Apabila klien sampai telat atau tidak patuh minum obat, maka klien bisa kambuh (relaps). Mereka bisa melakukan perilaku kekerasan, muncul halusinasi dan waham serta pembicaraan yang inkoherensi. Keberhasilan terapi gangguan jiwa skizofrenia tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainnya, tetapi juga peran serta keluarga dan masyarakat turut menentukan (Dadang Hawari, 2001 : 96)

Di Indonesia, sebanyak 1-3 orang dari 1000 penduduk mengalami gangguan jiwa. Dari 1-3 penderita tersebut separuh diantaranya berlanjut menjadi gangguan jiwa berat skizofrenia. Akibatnya jumlah skizofrenia di Indonesia terutama di Jawa Timur mencapai 2% dari populasi (Pd.Persi, 2008). Data di Dinas Kesehatan Lamongan pada tahun 2008 ditemukan 480 penduduk yang mengalami gangguan jiwa. Menurut data di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri Lamongan pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009 terdapat 32 klien skizofrenia yang rawat jalan. Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Februari 2008 dari 10 klien skizofrenia yang rawat jalan diperoleh hasil 6 klien sering lupa untuk minum obat harus diingatkan keluarga terlebih dahulu. Sedangkan 4 yang lainnya lebih patuh dalam minum obat. Dari data di atas dapat dinyatakan bahwa masih cukup banyak klien skizofrenia yang lupa minum obat atau kurang patuh dalam minum obat.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien skizofrenia untuk minum obat antara lain yaitu peran keluarga, sosial ekonomi, sikap klien, motivasi, ingatan atau memori klien serta informasi dari petugas kesehatan.

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Wahit Iqbal Mubarak, 2005 : 75). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007 : 22). Peran keluarga sangat penting terhadap pengobatan pasien skizofrenia. Karena pada umumnya klien skizofrenia belum mampu mengatur dan mengetahui jadwal dan jenis obat yang akan diminum. Keluarga harus selalu membimbing dan mengarahkannya, agar klien skizofrenia dapat minum obat dengan benar dan teratur.

Sosial ekonomi merupakan aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga, misalnya pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran, terlibat hutang, kebangkrutan, soal warisan dan lain sebagainya (Dadang Hawari, 2001 : 33). Masalah sosial ekonomi dapat mempengaruhi kepatuhan klien skizofrenia dalam minum obat karena jika sosial ekonomi mereka rendah maka mereka tidak akan mampu membeli obat.

Sikap merupakan keadaan mental dan syaraf yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya (Tri Rusmi W. : 1999 : 218). Sementara itu sikap klien skizofrenia sulit untuk diarahkan dan mudah untuk bosan dan malas terhadap sesuatu. Pengobatan skizofrenia membutuhkan waktu relatif lama karena skizofrenia merupakan penyakit menahun. Dengan demikian klien skizofrenia akan cenderung bosan dan tidak patuh untuk minum obat.

dst............................................................................................mau lebih lengkap sampai bab 5 dan hasil spss, serta lampiran lainya............silahkan hubungi 085645040345

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,