Skip to main content

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG NUTRISI PADA PENDERITA TB PARU DI URJ PARU RSD

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

TB Paru adalah penyakit yang di sebabkan oleh Microbacterium Tuberculosis ini telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia dan di perkirakan 9 juta penderita TB Paru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Hasil survey prevalensi TB di Indonesia tahun 2004 menunjukkan bahwa angka prevalensi TB BTA positif secara nasional 110 per 100.000 penduduk (Dep. Kes RI, 2008:3). Survey kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB Paru merupakan penyebab kematian ke 3 setelah penyakit Kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umum dan penyakit saluran pernafasan pada semua kelompok umur dan penyakit no. 1 dan golongan penyakit Infeksi (Dep. Kes RI, 2008:4).

Rencana strategi 2001-2005 berfokus pada penguatan sumber daya, baik sarana dan prasarana maupun tenaga, selain meningkatkan pelaksanaan strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) diseluruh UPK untuk mencapai tujuan Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional, yaitu angka penemuan kasus minimal 70% dan angka kesembuhan minimal 85%. Sehingga dalam jangka waktu 5 tahun ke depan angka prevalensi TB di Indonesia dapat diturunkan sebesar 50% (Dep. Kes RI, 2008:10).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi yang kurang mempunyai resiko 3,7 kali lebih tinggi untuk menderita TB Paru dibandingkan dengan orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap penyakit. Umumnya penderita TB Paru dalam keadaan malnutrisi dengan berat badan sekitar 30 -50 kg pada orang dewasa, secara tidak langsung status gizi buruk akan mempengaruhi produktifitas kerja dari sumber daya manusia pada usia produktifitas ini. Untuk itu diperlukan dukungan nutrisi yang adekuat yang akan mempercepat perbaikan status gizi dan meningkatkan sistem imunitas yang dapat mempercepat proses penyembuhan di samping pemberian obat TB yang teratur sesuai metode pengobatan TB Paru (Putraprabu,2008).

Data yang di peroleh dari URJ Paru RSD Dr. So di dapatkan jumlah penderita TB Paru pada tahun 2007 sebanyak 2472 orang , 1728 orang (69,9%) BTA (+) dan 744 Orang (30,1%) BTA (-). Sedangkan pada tahun 2008 terdapat penderita TB Paru sebanyak 2117 orang, 1342 orang (63,3%) BTA positif (+) dan 775 orang (36,7%) BTA negative (-). Menurut perawat dari URJ Paru rata-rata penderita TB Paru bertubuh kurus.

Hasil pengkajian dari 10 orang penderita TB paru, menyatakan bahwa 7 orang penderita terlihat kurus dan pucat, sedangkan 3 orang lainnya terlihat tidak kurus dan tidak pucat.

Masih banyaknya pasien TB Paru di URJ Paru RSD Dr. Soegiri kabupaten Lamongan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:Pengetahuan, Sosial ekonomi, Lingkungan, Pekerjaan dan Peran Keluarga dan Petugas Kesehatan.

Pengetahuan adalah hasil dari tidak tahu menjadi tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan ini dapat di peroleh secara langsung maupun tidak langsung (Soekidjo Notoadmojo. 2003:127). Pengetahuan seseorang mempengaruhi dalam menyingkap masalah TB Paru. Diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan, nutrisi yang cukup baik dan pengetahuan tentang penyakit TB Paru sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Sebaliknya apabila penderita TB paru kurang pengetahuan tentang penyakitnya maka hal ini dapat memperburuk keadaannya

Status sosial ekonomi akan mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi. Perumahan dan lingkungan yang sehat, jelas kesemuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit (Nasrul Effendy 1998:40) status ekonomi yang baik akan mempengaruhi individu dalam penggunaan fasilitas kesehatan dan pengobatan. Pendapatan keluarga yang kurang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantaranya konsumsi makanan dan pemeliharaan kesehatan. Keluarga yang mempunyai pendapatan rendah akan konsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga, sehingga seseorang yang mempunyai status gizi yang kurang, akan memudahkan untuk terkena penyakit Infeksi diantaranya TB Paru (Putraprabu, 2008).

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,