Skip to main content

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KOMPRES DINGIN PADA DAERAH VENA BESAR DAN PEMBERIAN KOMPRES DINGIN PADA DAERAH DINDING ABDOMEN PADA KLIEN FEBRIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Kompres panas dan dingin merupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Hegner, 2003). Sesuai dengan reseptor suhu tubuh bagian dalam, maka penurunan suhu tubuh dengan pendinginan dapat dilakukan pada bagian Hypotalamus, medula spinalis, organ dalam abdomen dan di sekitar vena-vena besar (Guyton, 1997). Selama ini yang sering dijumpai dalam perawatan pada klien dengan peningkatan suhu dilakukan hanya dengan pemberian kompres pada daerah tubuh yang memiliki aliran vena besar, seperti leher, ketiak atau Axila dan lipatan paha atau inguinal. Dimana sebelumnya, dilakukan dengan pemberian kompres pada daerah dahi atau kepala (Roper,1988). Organ intra abdomen merupakan reseptor yang lebih peka terhadap suhu dingin (Gayton, 1997). Sedangkan daerah vena besar, cukup efektif karena adanya proses vasodilatasi dengan pemberian kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh.
Data pasien rawat inap di Ruang Interna Rumah Sakit Daerah pada tahun 2006 pasien yang mengalami febris 784 pasien atau 9,65% dari seluruh pasien yang rawat inap, sedangkan untuk bulan Januari sampai dengan Mei 2007 jumlah pasien yang mengalami febris sebanyak 357 pasien atau 9,16% dari seluruh pasien rawat inap. Studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan pada tanggal 1 sampai dengan 5 September 2007 dari 10 pasien yang mengalami febris, 7 pasien atau 70% diberikan kompres pada daerah ketiak atau leher, 3 pasien 30% diberikan kompres dingin pada daerah dahi atau kepala. Dampak dari seringnya intervensi pada peningkatan suhu dengan kompres pada daerah sekitar vena besar, perawat tidak dapat mengetahui bagaimana hasil perbandingan jika dilakukan dengan pengompresan pada daerah dinding abdomen. Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya hanyalah perbandingan antara pemberian kompres hangat dan dingin (Sosilo Haryanto 2002), bukan membandingkan tempat pengompresan. Dari kelima reseptor suhu yang ada, selain hypothalamus dan vena besar, belum pernah dilakukan penelitian untuk mengetahui reseptor mana yang memiliki efektifitas lebih baik.
Dengan dilakukannya penelitian ini nantinya diharapkan dapat diketahui kompres pada daerah dinding abdomen apakah lebih efektif dari daerah vena besar yang selama ini dilakukan karena merupakan salah satu reseptor suhu dan terjadi vasodilatasi pada saat pemberian kompres. Dimana organ intra abdomen juga merupakan reseptor suhu yang lebih sensitif terhadap suhu dingin. Kandungan jaringan lemak pada daerah abdomen sangat mempengaruhi proses konduksi panas dari dalam kepermukaan kulit (Guyton, 1997).

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,