Skip to main content

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya.

Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain, baik susu formula, madu, air teh. Bayi juga tidak diberi makanan padat lain seperti pisang dan nasi lumat, bubur, susu, biskuit, nasi tim dan lain-lain.

MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrien dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pasa usia 6 bulan keatas. Pada usia ini MP-ASI sangat penting untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan.

Kenyataannya di lapangan masih banyak ibu yang memberikan MP-ASI pada bayinya meskipun umurnya masih belum mencapai 6 bulan. Padahal apabila memberikan MP-ASI terlalu dini, bayi akan minum ASI lebih sedikit dan ibupun memproduksi lebih sedikit, hingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Di samping itu resiko infeksi dan diare kemungkinan bisa terjadi.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mujirah (tidak dipublikasikan) pada tahun 2009 di poli tumbuh kembang anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama bulan Agustus 2008 dari 46 bayi usia 0 sampai 6 bulan didapatkan 23 bayi atau 51% sudah mulai diperkenalkan MP-ASI berupa buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran, daging ikan dan telur secara dini.

Survey awal yang dilakukan peneliti di desa Puncak Wangi dan Kuripan pada 17 Februari 2010 jumlah bayi yang berumur 0-6 bulan yaitu 36 bayi. Bayi yang diberi ASI saja hanya 9 bayi atau 25%, dan terbanyak bayi diberi ASI dan MP-ASI yaitu sejumlah 22 bayi atau 61%, sedangkan 5 bayi atau 13,8% diberikan PASI dan MP-ASI.

Dengan uraian tersebut maka masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya bayi usia 0-6 bulan yang diberi MP-ASI yang memungkinkan disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, peran tenaga kesehatan, pendidikan, kultur budaya dan peran keluarga.

Pengetahuan merupakan penampilan dari hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Soekidjo Notoatmodjo,2007). Apabila pasangan orang tua memiliki pengetahuan


yang baik tentang pentingnya pemberian ASI, maka akan mantap untuk memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, sebaliknya jika pasangan orang tua tidak memiliki pengetahuan yang adekuat maka orang tua tidak mengerti tentang pentingnya pemberian ASI, dapat dikatakan asal bayi mereka kenyang, sehingga MP-ASI diberikan terlalu dini.

Perawat atau petugas kesehatan sebagai “educator” peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Wahid Iqbal, 2005 : 76). Mengingat pentingnya pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI sesuai usia maka petugas kesehatan terutama perawat harus memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga.

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan perilaku pada diri seseorang (Aziz Alimul, 2002). Dengan pendidikan yang tinggi kemungkinan seseorang akan lebih tahu dan mudah menerima informasi yang telah didapat dari pendidikannya, sehingga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru yang dapat mengubah perilaku seseorang. Dan juga tidak tertinggal oleh adanya informasi yang baru dalam pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayi usia 6 bulan ke atas, atau sebaliknya bila pendidikan seseorang rendah kemungkinan akan menghambat seseorang untuk menerima informasi yang baru mengenai pemberian makanan tambahan yang baru boleh diberikan pada bayinya antara usia 6 bulan keatas.

Budaya merupakan kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.(Wahid Iqbal, 2007) yang telah melekat pada masyarakat kemungkinan sulit untuk diubah karena kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga akan merekat pada diri seseorang, termasuk budaya dalam pemberian makanan pendamping bagi bayi yang berumur kurang dari 6 bulan. Dengan memberikan nasi pisang lumat yang sebenarnya tidak dibenarkan karena bayi yang berusia kurang dari 6 bulan kemampuan ususnya atau pencernaannya masih terbatas, sehingga makanan masih belum dapat dicerna dengan baik dan dapat menyebabakan diare maupun alergi. Budaya masyarakat yang memberikan dampak yang negatif dengan adanya MP-ASI yang seharusnya di berikan pada bayi usia 6 bulan keatas. Tetapi sudah di berikan pada usia kurang dari 6 bulan.

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Nasrul Effendi, 1998 :34). Keberhasilan dalam memberikan makanan pada bayi tidak hanya tergantung pada ibu saja, tetapi dukungan dan peran serta keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pemberian nutrisi pada bayi. Keluarga sebaiknya memahami mengenai MP-ASI, terutama mengenai kapan MP-ASI harus diberikan, jenis, bentuk dan jumlahnya. Peran keluarga berperan penting bagi pemeliharaan kesehatan keluarga. Keluarga yang terdiri dari ibu, ayah, dan anak harus mempunyai sifat yang positif terhadap situasi dalam keluarga kemungkinan ibu dapat memberikan makanan pendamping secara benar. Dampak apabila pemberian MP-ASI terlalu dini maka bayi akan mendapat zat immun ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat. Resiko diare juga meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI. Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui. Sedangkan bila pemberian MP-ASI terlalu lambat maka anak tidak akan mendapatkan makanan ekstra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien. Anak berhenti pertumbuhannya, atau tumbuh lambat. Pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikronutrien meningkat.

Untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang waktu pemberian MP-ASI dalam hal ini petugas kesehatan khususnya tenaga perawat diharapkan dapat memberikan penjelasan pada orang tua mengenai upaya yang dapat dilakukan untuk memberikan stimulus pada anaknya, sehingga anak tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara baik (Nursalam, 2005).

Dengan banyaknya faktor yang melatarbelakangi tingginya angka ibu yang memberi MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan ,maka peneliti hanya membatasi pada Gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten ...............


    1. Rumusan masalah

Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten ..............?.


    1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten ...............



    1. Manfaat penelitian

      1. Manfaat Teoritis :

  1. Bagi Peneliti

Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menempuh pendidikan Akademi Keperawatan Kabupaten .............. khususnya dalam proses penelitian.

  1. Bagi Akademi

Sebagai bahan evaluasi untuk pengelolaan program pembelajaran mata kuliah Anak.

  1. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kesehatan bayi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab 2 ini akan dibahas tentang konsep dasar yang terkait dengan masalah penelitian, antara lain: 1) Pengetahuan, 2) Ibu 3) MP-ASI, 4) Kerangka Konsep.


    1. Konsep Pengetahuan

Konsep pengetahuan ini, penulis mengacu pada pendapat dari Soekidjo Notoatmojo yang dikutip oleh Wahit Iqbal (2007) sebagai berikut :

      1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu.

      1. Proses Adopsi Perilaku yaitu:

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk berbuat. Penelitian Rogers,1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

  1. Kesadaran atau Awarenes, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

  2. Merasa tertarik atau Interest, terhadap stimulasi atau objek tersebut.

  3. Evaluasi atau Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

  4. Mencoba atau Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Stimulus.

  5. Adopsi atau Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

      1. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

  1. Tahu atau Know diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

  2. Memahami atau Comprehension, diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.

  3. Aplikasi atau Aplication, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata.

  4. Analisis atau Analysis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis atau Synthesis, menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  6. Evaluasi atau Evaluation, ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

      1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang:

  1. Pendidikan, pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami.

  2. Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

  3. Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental).

  4. Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

  5. Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

  6. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

  7. Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru

    1. Konsep Ibu Dalam Keluarga

Menurut Kartini Kartono (1999) keluarga merupakan organisasi terpenting dalam kelompok social keluarga merupakan lembaga paling utama dan paling pertama yang bertanggung jawab ditengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan social dan kelestarian biologis manusia

Sebagian besar anak manusia tumbuh dan berkembang serta didewasakan dalam lingkungan keluarga. Dan sejak masa bayi anak akan menghirup iklim kasih sayang dan loyalitas terhadap ideologi keluarga. Ideologi ini dimulai dengan nama/adat istiadat, tradisi, emosi nilai dan lain sebagainya yang berfungsi sebagai pengikat persatuan dalam keluarga. Hal ini tidak terlepas dari peran ibu sebagai penopang utama kasih sayang dalam keluarga. Sedangkan fungsi utama dari ibu bagi keluarga adalah:

2.2.1 Peran ibu sebagai istri dan teman hidup

Hal ini mencakup sikap hidup yang mantap, bisa mendampingi suami dalam situasi yang bagaimanapun juga. Disertai rasa kasih sayang, kecintaan, loyalitas dan kesetiaan pada pasangan hidupnya, juga mendorong suaminya untuk berkarir dengan cara yang sehat.

2.2.2 Peran ibu sebagai partner seks

Yang mengimplikasikan berbagai hal, sebagai berikut:

1) Terdapatnya hubungan netero-seksual yang memuaskan

2) Tanda adanya disfungsi/gergetan seksual

  1. Ada relasi seksual yang berlebih

4) Tidak hiperseksual, juga tidak kurang

Maka kehidupan seksual yang mapan diakibatkan karena kehidupan psikologi yang sehat, seimbang tanpa adanya konflik batin yang serius dan adanya kesediaan memahami partner serta rela berkorban

2.2.3 Peran sebagai ibu dan mendidik

Sebagai pendidik bagi anak-anaknya bisa terpenuhi dengan baik, bila ibu mampu menciptakan iklim praktis yang sehat, menggembirakan dan bebas, sehingga suasana rumah menjadi semarak dan bisa memberikan rasa aman, bebas, hangat dan menyenangkan yang disertai dengan kasih sayang. Dengan begitu anak dan suami akan betah tinggal di rumah, iklim psikologis yang penuh kasih sayang, kesabaran dan ketenangan akan memberikan semangat pada keluarga terutama anak untuk merangsang tumbuh dewasa secara wajar dan bahagia.

2.2.4 Peran sebagai pengatur rumah tangga

Dalam hal ini terdapat reaksi-reaksi formal dan semacam pembagian kerja, dimana suami bertindak sebagai pencari nafkah. Tetapi yang paling penting adalah pembagian peran dan saling pengertian antara kedua belah pihak.

2.2.5 Peran sebagai partner hidup

Suami pasti akan memerlukan orang yang bisa diajak hidup untuk selamanya, sebagai pendukung karir dan labuhan kebijaksanaan. Dengan begitu akan terlihat kesamaan pandangan, perasaan yang seimbang rupa ada yang disalahkan dan diresahkan.


2.3 Konsep MP-ASI

2.3.1 Pengertian

MP-ASI merupakan makanan lain selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan yang dimodifikasi.(Lilian Juwono, 2003). Sedangkan menurut Dep.Kes RI(2007), MP-ASI merupakan makanan peralihan dan dari ASI ke makanan keluarga.

Bertambahnya umur bayi, bartambah pula kebutuhan gizinya, sebab itu sejak umur 6 bulan bayi mulai diberi makanan pendamping ASI (MP-ASI). Selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi perlu diperhatikan waktu pemberian, frekwensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberian MP-ASI.

2.3.2 Tujuan Pemberian MP-ASI

1) Memenuhi kebutuhan zat gizinya yang meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.

2) Mendidik anak untuk membina selera dan kebiasaan makan yang sehat.

3) Melatih pencernaan bayi agar mampu mencerna makanan yang lebih padat daripada susu. Membiasakan bayi mengkonsumsi makanan sehari-hari menggunakan sendok.

2.3.3 Manfaat MP-ASI

Menurut Diah K dan Rina Y(2000) Manfaat MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat mencukupi kebutuhan bayi secara terus-menerus. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan berat badan seorang anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan energi bayi tidak terpenuhi.

2.3.4 Jenis MP-ASI

Menurut Dep.Kes.RI(2007), MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur, dan buah-buahan. Jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:

  1. Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/kerok, pepaya saring, tomat saring dan nasi tim saring.

  2. Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim dan kentang puri.

  3. Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus dan biscuit.

Saat mendiskusikan makanan yang baik, akan bermanfaat jika kita mulai dengan makanan pokok kemudian memutuskan makanan lain yang akan ditambahkan.

Makanan Pokok adalah dimana semua masyarakat mempunyai makanan pokok. Makanan pokok merupakan makanan utama yang dikonsumsi. Contohnya adalah serealia (misalnya beras, gandum, jagung, padi-padian), umbi-umbian

2.3.5 Syarat-syarat MP-ASI

Menurut Diah K dan Rina Y(2000) syarat-syarat MP-ASI adalah makanan Pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. Makanan Pendamping ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi. Sedangkan menurut Lilian Juwono(2004) makanan pendamping ASI yang memenuhi syarat adalah: a) Kaya energi,protein, dan mikronutrien (terutama zat besi,zink, kalsium, vitamin A, vitamin C, dan folat). b) Bersih dan aman, yaitu tidak ada pathogen (tidak ada bakteri penyebab penyakit atau organisme yang berbahaya lainnya), tidak ada bahan kimia yang berbahayaatau toksin, tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras atau yang membuat anak tersedak, tidak terlalu panas. c) Tidak terlalu pedas atau asin. d) Mudah dimakan oleh anak. e) Disukai anak. f) Tersedia di daerah anda dan harganya terjangkau. g) Mudah disiapkan.

2.3.6 Waktu Pemberian MP-ASI

Makanan tambahan diberikan setelah masa ASI eksklusif untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan energi, yang tidak lagi terpenuhi dari ASI saja. Di masa penyapihan ini bayi akan mendapatkan ASI, buah, biscuit bayi, bubur bayi dan lebih lanjut akan mendapat nasi tim. Prinsip pemberian makanan pada bayi usia 0 sampai 6 bulan hingga 1 tahun adalah peralihan bertahap dari hanya ASI hingga mencapai pola makan dewasa. Perubahan terjadi di dalam hal tekstur (halus hingga kasar), konsistensi (lunak hingga padat), porsi dan frekwensinya sesuai dengan kemampuan dan perkembangan bayi. Tahapan pemberian makanan pendamping ASI yang ideal adalah mulai usia 6 bulan.

Makanan tambahan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrisi dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan keatas. Pada usia ini otot dan syaraf didalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh. pada usia 6 bulan lebih mudah untuk memberikan bubur kental, sup kental dan makanan yang dilumatkan, karena anak:

  1. dapat mengendalikan lidahnya lebih baik

  2. Mulai melakukan gerak mengunyah keatas dan kebawah.

  3. Mulai tumbuh gigi.

  4. Suka memasukkan sesuatu kedalam mulutnya.

  5. Berminat terhadap rasa yabg baru.

Ada beberapa tanda kesiapan yang menunjukkan seorang bayi telah mampu menerima makanan pendamping pertamanya:

    1. Kesiapan Fisik

    1. Telah berkurang / hilangnya refleks menjulurkan lidah.

    2. Kemampuan motorik mulut tidak hanya mampu menghisap, namun juga mampu menelan makanan setengah padat.

    3. Dapat memindahkan makanan dalam mulut menggunakan lidah.

    4. Dapat mempertahankan posisi kepala secara stabil, tanpa bantuan.

    5. Dapat diposisikan duduk dan mampu mempertahankan keseimbangan badan.

    1. Kesiapan psikologis

      1. Perilaku yang semula hanya bersifat refleks dan imitative menjadi lebih independent dan mampu bereksplorasi.

      2. Menunjukkan Keinginan makan dengan membuka mulut, dan menunjukkan rasa lapar dengan mencondongkan badan ketika disodori makanan.

      3. Sebaliknya, mampu menjauhkan badan ketika telah merasa kenyang

Pada usia ini juga system pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan.

Memulai pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, keduanya tidak diinginkan. Tanda bahwa seorang anak sudah siap untuk menerima makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut: 1) Sekurangnya usia 6 bulan, 2) Sering mendapat ASI tapi tampak lapar segera sesudahnya, 3)Tidak mengalami penambahan berat badan yang adekuat.

Seorang anak harus diberi ASI saja sekurang-kurangnya sampai usia 6 bulan (Lilian Juwono,2004)

2.3.7 Pemberian MP-ASI pada bayi diberikan secara bertahap. Adapun jenis makanan dan frekwensi MP-ASI menurut umur bayi sesuai tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pendamping ASI Menurut Umur Bayi, Jenis Makanan Dan Frekwensi.


Umur Bayi

Jenis Makanan

Berapa Kali Sehari

1

2

3

0 – 6 bulan





- ASI

Setiap bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari 890-950 ml/hari


6 – 9 bulan












1


9 – 12 bulan














    • Bubur susu






    • Bubur tim lumat






2


- Bubur nasi




    • Nasi tim





- Nasi lembek




    • 6 bulan : pagi dan sore hari, 3 sendok makan


    • 7 bulan : pagi dan sore hari, 3 ½ sendok makan


    • 8 bulan : pagi 2 sendok makan, siang dan malam hari, 3 sendok makan



3


    • 9 bulan : pagi, siang dan malam hari, 3 sendok makan


    • 10 bulan : pagi dan siang hari 3 sendok makan, malam hari 4 sendok makan


    • 11 bulan : pagi hari 3 sendok makan, siang dan malam hari 4 sendok makan

Sumber : DepKes RI, 2009 : 35-38

2.3.8 Cara Pemberian MP-ASI

Setelah bayi berusia 6 bulan perkenalkan ke makanan yang padat atau dicincang halus (Annie Yelland, 2005) seperti:

  1. Daging ayam yang dihaluskan

  2. Kacang-kacangan yang dihaluskan

  3. Yogurt:Tanpa pemanis yang biasanya disukai bayi atau tambahkan buah segar cincang

  4. Kembang kol denagn keju

  5. Nasi

  6. Ikan, buang tulang lalu cincang atau haluskan.

Pemberian MP-ASI pada bayi usia 6 sampai 9

  1. Penyerapan vitamin A dab zat gizi lain pemberian ASI diteruskan

  2. Pada umur 6 bulan alat cerna sudah lebih berfungsi, oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan MP-ASI lumat 2 kali sehari.

  3. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, nasi tim bayi ditambah sedikit demi sedikit dengan sumber lemak, yaitu santan atau minyak kelapa/margarin. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, memberikan rasa enak juga mempertinggi yang larut dalam lemak.

Pemberian makanan bayi umur 9 sampai 12 bulan

  1. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur mendekati makanan keluarga.

  2. Berikan makanan selingan satu kali sehari. Pilihlah makanan selingan yang bernilai gizi tinggi, seperti bubur kacang hijau dan buah. Usahakan makanan selingan dibuat sendiri agar kebersihannya terjamin.

  3. Bayi perlu diperkenalkan dengan beraneka ragam makanan. Campurkanlah kedalam makanan lembek sebagai lauk pauk dan sayuran secara bergantian. Pengenalan berbagai bahan makanan sejak dini akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan makan yang sehat di kemudian hari.

Pemberian makanan bayi umur 12 sampai 24 bulan

  1. Pemberian ASI diteruskan.

  2. Pemberian MP-ASI atau makanan keluarga sekurang-kurangnya tiga kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa setiap kali makan. Selain itu tetap berikan makanan selingan dua kali sehari.

  3. Fariasi makanan diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan, misalnya nasi diganti tahu, tempe, kacang hijau, telur atau ikan. Bayam dapat diganti dengan daun kangkung, wortel dan tomat. Bubur susu dapat diganti dengan bubur kacang hijau, bubur sumsum dan biscuit.

4) Menyapih anak harus bertahap, jangan dilakukan secara tiba-tiba. Kurangi frekwensi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

2.3.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI terlalu dini.

Menurut WHO (2003) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI terlalu dini adalah:

1) Faktor internal meliputi : Pengetahuan ibu tentang MP-ASI dan Pengalaman.

2) Faktor eksternal meliputi : Sosial budaya, Perawat atau petugas kesehatan lainnya, Informasi tentang pemberian MP-ASI.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah obstruksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti. (Nursalam, 2003)

Dalam hal ini dibahas kerangka konsep penelitian Gambaran Tentang Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Usia 0-6 bulan.

Pendididkan


Pekerjaan

Peran Tenaga Kesehatan


Umur

Pemberian MP- ASI secara dini pada bayi usia 0 - 6 bulan


Minat

Pengetahuan


Pengalaman

Peran keluarga


Kebudayaan


Informasi




Keterangan :

: yang diteliti

: tidak diteliti


Gambar 2.4 : Kerangka Konsep Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI pada bayi usia 0 - 6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. 2010.


Faktor pendidikan, pekerjaan, umur, pengalaman, minat, pengalaman, kebudayaan, informasi mempengaruhi pengetahuan. Sedangkan pengetahuan peran petugas kesehatan, dan peran keluarga berpengaruh langsung pada pemberian MP-ASI pada bayi umur 0 – 6 bulan.

BAB 3

METODE PENELITIAN


Metode penelitian merupakan urutan langkah dalam melakukan penelitian keperawatan (Aziz Alimul, 2007 : 25). Pada bab ini akan disajikan tentang metode penelitian yang terdiri dari : desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan samping, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data, masalah etik dalam penelitian.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian pada dasarnya merupakan strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian serta sebagai alat untuk mengontrol atau mengendalikan berbagai variabel yang berpengaruh dalam penelitian (Nursalam, 2009 : 78).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau memaparkan peristiwa yang penting terjadi pada masa kini dan lebih menekankan pada data aktual daripada penyimpulan (Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang pemberiam MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten ...............

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2010. Secara lengkap terdapat dalam rencana kegiatan.


3.3 Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan bagian terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi suatu yang akan diteliti atau obyek penelitian, variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (A.Aziz Alimul. H, 2003:34)

Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah:

Populasi: Keseluruhan ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. bulan Mei 2010 sejumlah 36 ibu



Sampling adalah Purposive sampling



Sampel: Ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. bulan Mei 2010 sejumlah 29 Ibu



Desain penelitian adalah Deskriptif





Variabel : Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan




Pengumpulan data adalah dengan kuesioner tertutup





Pengolahan data dengan editing, coding, scoring, dan tabulating





Penarikan kesimpulan



Gambar 3.1: Kerangka Kerja Penelitian Gambaran Pengetahuan Ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Tahun 2010


3.4 Populasi, Sampel dan Sampling

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Aziz Alimul, 2007:67). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. sejumlah 36 ibu.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Aziz Alimul, 2007: 68). Pada penelitian ini sampel yang diambil dari sebagian ibu yang mempunyai bayi umur 0-6 bulan yang diberi MP-ASI di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. sejumlah 29 ibu.

Kriteria inklusi adalah karakteristik subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2009: 92). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah Ibu yang bersedia untuk diteliti dan menandatangani inform consent.

3.4.3 Sampling

Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dalam populasi untuk mewakili populasi (Nursalam, 2009 : 93). Tehnik sampling adalah cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan cara purposive sampling yaitu suatu cara pengambilan sample dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang dikenal sebelumnya ( Nursalam, 2009 )

3.5 Identifikasi Variabel

Identifikasi variabel merupakan bagian penelitian dengan cara menentukan variable-variabel yang ada dalam penelitian seperti variabel independent, dependent, moderator kontrol, dan intervening (Aziz Alimul, 2007: 34). Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu misalnya benda, manusia.

( Nursalam, 2009 : 97). Variable dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu Pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Nursalam, 2009 : 160)

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Gambaran Pengetahuan Ibu tentang pemberian MP-ASI secara pada bayi usia 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Tahun 2010.


Variabel

Definisi

Operasional

Indikator

Alat

ukur

Skala

Skor

Variabel Independen Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI







Kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan tentang MP-ASI







Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengetahuan ibu tentang:

1. Pengertian MP-ASI.

2. Tujuan dan Manfaat MP-ASI.

3. Jenis MP-ASI.

4. Waktu pemberian MP-ASI.

5. Bahaya pemberian MP-ASI pada waktu yang kurang tepat

Kuesioner






1


2-3


4-5

6-10


11-13

Ordinal











Untuk pertanyaan positif:

Benar: skor 1

Salah: skor 0

Untuk pertanyaan negative :

Benar: skor 0

Salah: skor 1

Kategori Baik:

76-100%

Kategori sedang:

56-75%

Kategori kurang: ≤55%




3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data

3.7.1 Proses Pengumpulan Data

Setelah mendapatkan izin dari pihak yang terkait diantaranya adalah Direktur Akademi Keperawatan .............. dan Kepala Desa Puncak Wangi dan Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............., selanjutnya peneliti melakukan pendekatan terhadap responden yang menjadi subjek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi.

3.7.2 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009:103). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan model dichotomy question yang berisi rincian dimana responden tinggal memberikan jawaban ya atau tidak dengan tanda tertantu.

      1. Analisa Data

Setelah data terkumpul dilakukan penyuntingan data dan koding, teknik pemberian skor pada variabel ini adalah jika pertanyaan positif, jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0, sedangkan pertanyaan negatif, jawaban benar diberi nilai 0 dan jawaban salah diberi nilai 1, setelah jawaban terkumpul, Menurut (Suharsimi Arikunto,1998: 246) jawaban kemudian dinilai dengan menggunakan

Rumus:




Dimana : P : proporsi

f : jumlah jawaban yang benar

N : jumlah skor maksimal, jika pertanyaan dijawab benar

Setelah data ditabulasi kemudian diprosentase, dan hasilnya diklasifikasikan ke dalam kategori Pengetahuan:

  1. Kategori baik 76- 100%, dengan jumlah jawaban yang benar 10-13 soal

  2. Kategori sedang : 56-75%, dengan jumlah jawaban yang benar 8-9 soal

  3. Kategori kurang : 55%, dengan jumlah jawaban yang benar 0-7 soal

Hasil prosentase kemudian di inteprestasikan dengan modifikasi kesimpulan menurut kriteria Suharsimi Arikunto (1998:246), sebagai berikut :

    1. 100% : Seluruhnya

    2. 76-99% : Hampir seluruhnya

    3. 51-75% : Sebagian besar

    4. 50% : Setengahnya / sebagian

    5. 26-49% : Hampir setengahnya / hampir sebagian

    6. 1-25% : Sebagian kecil

    7. 0% : Tidak satupun


3.8 Etika Penelitian

Penelitian apapun khususnya yang menggunakan manusia sebagai subyek tidak boleh bertentangan dengan etika. Oleh karena itu setiap penelitian yang menggunakan subyek harus mendapatkan persetujuan dari subyek yang diteliti dan institusi tempat penelitian yang meliputi :


3.8.1 Informet Consent atau Persetujuan Responden

Saat pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada setiap obyek yang akan diteliti baik secara lisan maupun melalui lembar persetujuan atas kesediaannya dijadikan obyek penelitian.

3.8.2 Anonimity atau Tanpa Nama

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek penelitian tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data atau kuesioner, cukup dengan memberi nomor kode pada lembar tersebut.

3.8.3 Confidentiality atau Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh obyek dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan untuk dilaporkan sehingga rahasia tetap terjaga.





BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari 29 responden yaitu ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. tanggal 16-17 mei 2010. Penyajian data meliputi data umum dan data khusus. Data umum terdiri dari gambar lokasi penelitian dan karakteristik responden yang meliputi usia ibu, pendidikan, pekerjaan, penyuluhan dan umur bayi, sedangkan data khusus akan disajikan tentang gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan di Desa Puncak Wangi dan Kuripan

4.1 .Hasil Penelitian

  1. Data Umum

1) Gambaran Lokasi Penelitian

Peneletian ini dilakukan di desa Puncakwangi dan desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten ............... Jumlah penduduk Desa Puncakwangi 1990 jiwa, 521 KK, terdiri dari Wanita Usia Subur 227 jiwa, jumlah balita 72 dan jumlah bayi 18. terdapat 1 Pustu dengan 4 tenaga kesehatan yang terdiri dari 1 dokter umum, 2 perawat dan 1 bidan, dan posyandu balita dilaksanakan tiap satu bulan sekali. Desa Puncakwangi berbatasan dengan sebelah utara dengan Desa Sogo, sebelah selatan dengan Desa Gunung Rejo, sebelah barat Desa Karang Kembang dan sebelah timur dengan Desa Gendong Kulon. Luas wilayah 186,018 Ha. Sedangkan Desa Kuripan jumlah penduduk sebanyak 1725 jiwa, 312 KK, terdiri dari WUS sebanyak 167 jiwa, jumlah balita 56 dan jumlah bayi sebanyak 12. terdapat 1 Pustu dengan 3 tenag kesehatan yang terdiri dari 1 dokter, 1 perawat, dan 1 bidan, dan posyandu balita dilaksanakan tiap satu bulan sekali. Desa Kuripan berbatasan dengan sebelah utara Desa Buluterate, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sumengko, sebelah barat Desa Gendong Kulon dan sebelah timur Desa Dalem. Luas wilayah Desa Kuripan 178,119 Ha.

2) Karakteristik Responden

(1) Umur

Umur responden dari hasil pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Umur Ibu Bayi di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Bulan Tahun 2010

No

Umur

Jumlah

Persentase (%)

1

2

20-35 Tahun

>35-50 Tahun

23

6

79,3

20,7

Jumlah

29

100


Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu berusia 20-35 tahun yaitu 23 (79,3%).

(2) Pekerjaan

Pekerjaan responden dari hasil pengumpulan data adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Pekerjaan Ibu Bayi di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Bulan Mei Tahun 2010

No

Pekerjaan

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

4

Tidak Bekerja

PNS

Swasta

Petani

9

5

12

3

31,0

17,3

41,4

10,3

Jumlah

29

100

Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian bekerja sebagai pegawai swasta yaitu 12 (41,4%).

(3) Pendidikan

Pendidikan ibu bayi dari hasil pengumpulan data adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Pendidikan Ibu Bayi di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Bulan Mei Tahun 2010

No

Pendidikan

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

4

SD

SMP

SMA

PT

5

4

17

3

17,2

13,8

58,7

10,3

Jumlah

29

100


Tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bayi berpendidikan SMA yaitu 17 (58,6%).

(4) Penyuluhan

Berdasarkan penyuluhan yang telah diberikan kepada ibu dari hasil pengumpulan data didapatkan hasil sebagai berikut berikut :

Tabel 4.4 Distribusi Ibu Bayi Berdasarkan Penyuluhan Yang pernah Didapat di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Tahun 2010

No

Penyuluhan

Jumlah

Persentase (%)

1

2

Pernah diberi penyuluhan

Tidak pernah diberi penyuluhan

4

25

13,8

86,2

Jumlah

29

100


Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu bayi tidak pernah mendapatkan penyuluhan yaitu 25 (86,2%).


(5) Umur Bayi

Berdasarkan umur bayi didapatkan hasil sebagai berikut berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Umur Bayi 0-6 Bulan Di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Bulan Mei Tahun 2010.

No

Umur Bayi

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

0 – 2 bulan

> 2 – 4 bulan

> 4 – 6 bulan

2

13

14

6,9

44,8

48,3

Jumlah

29

100


Tabel di atas menunjukkan bahwa hampir sebagian bayi berusia > 4-6 bulan yaitu 14 (48,3%).


      1. Data Khusus

Pada bagian ini akan disajikan pengetahuan tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.

Tabel 4.6 Distribusi Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. Bulan Mei Tahun 2010.

No

Pengetahuan

Jumlah

Persentase (%)

1

2

3

Baik

Sedang

Kurang

8

9

12

27,6

31,0

41,4

Jumlah

29

100


Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat hampir sebagian yaitu 12 (41,4%) responden mempunyai pengetahuan baik tentang MP-ASI.





    1. Pembahasan

  1. Pengetahuan Ibu tentang MP-ASI

Hasil penelitian di Desa Puncakwangi dan Desa Kuripan Kecamatan Babat Kabupaten .............. dari 29 responden didapatkan hasil hampir sebagian besar ibu mempunyai pengetahuan kurang tentang MP-ASI. Hal ini disebabkan karena faktor umur, pekerjaan, pendidikan, dan penyuluhan.

Menurut Wahid Iqbal (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hampir seluruh ibu berumur 20-35 tahun. Dimana pada usia tersebut terbentuk usia dewasa. Apabila umur bertambah maka akan lebih banyak informasi yang didapat serta pengalaman yang didapat juga lebih banyak. Namun pada kenyataannya banyak yang memiliki pengetahuan kurang. Hal itu disebabkan karena tidak diimbangi dengan inadekuatnya informasi yang didapat.

Selain umur, faktor lain yang mempengaruhi ibu yang memiliki pengetahuan kurang adalah pekerjaan. Tabel 4.2 menunjukkan hampir sebagian ibu bekerja di bidang swasta dimana ibu yang bekerja di luar rumah dapat memperoleh hal baru dan mencari informasi tentang pemberian MP-ASI, yang mana orang yang bekerja diluar rumah bisa saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dengan orang lain. Pengalaman dan pengetahuan yang didapat akan lebih berfariasi sehingga ibu tidak akan memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya. Sebaliknya jika seseorang yang tidak bekerja akan lebih sering di rumah, maka informasi yang didapatkan semakin sedikit sehingga pengetahuan ibu kurang tentang MP-ASI.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMA. Dimana pendidikan adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu maupun kelompok masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Dari pendapat tersebut bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden diharapkan makin mudah pula responden dalam menerima pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya jika pengetahuan kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan.

Selain faktor di atas, penyuluhan juga dapat mempengaruhi pengetahuan. Pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir seluruh ibu tidak pernah mendapat penyuluhan. Penyuluhan tentang MP-ASI sangat penting bagi ibu. Karena jika sering dilakukan penyuluhan maka ibu akan memilki pengetahuan yang baik tentang MP-ASI. Sedangkan apabila ibu tidak pernah mendapat penyuluhan maka bisa dipastikan ibu akan mengalami ketidaktahuan dari semua hal termasuk tentang pemberian MP-ASI secara tepat. Dimana pemberian MP-ASI secara dini akan menyebabkan gangguan pencernaan pada bayinya, seperti diare. Penyuluhan didapat dari petugas kesehatan. Hal ini sesuai pernyataan dari Herawani (2001) bahwa penyuluhan pada dasarnya sekumpulan pendidikan yang mendorong kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang berhubungan dengan ras, masyarakat. Sehingga bila informasi tidak adekuat, maka tidak akan timbul pula suatu pengetahuan yang adekuat.

Tabel 4.6 didapatkan hampir sebagian ibu mempunyai pengetahuan kurang. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Semakin tinggi pengetahuan maka ibu akan memberikan MP-ASI secara tepat pada bayinya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah pengetahuan bisa menyebabkan ibu memberkan MP-ASI secara dini dimana akan terjadi resiko gangguan pencernaan pada bayinya. Dengan demikian makin banyak mereka mendengar, melihat, merasakan terlebih ia mau mencobanya, maka ia akan memperoleh banyak pengetahuan tetapi apabila ia tidak pernah sama sekali melakukan upaya untuk merasakan atau melihat dan mendengar tentang informasi penting, maka ia dipastikan akan mengalami ketidaktahuan dari semua hal termasuk tentang pemberian MP-ASI. Menurut Soekodjo Notoatmidjo (2007) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.













BAB 5

PENUTUP


    1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan: hampir sebagian ibu berpengetahuan kurang tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.

    1. Saran

Dengan melihat hasil kesimpulan di atas, maka saran dari peneliti yakni sebagai berikut:

      1. Bagi orang tua

Diharapkan orang tua dapat meningkatkan pengetahuannya tentang pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan.

5.2.2.Bagi institusi pelayanan kesehatan

Diharapkan instansi pelayanan kesehatan dapat memberi masukan informasi dan memfasilitasi penyuluhan-penyuluhan pada orang tua tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan.

5.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan dapat meningkatkan peranya dalam memberikan health education yang tepat tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

DAFTAR PUSTAKA


A. Aziz Alimul H, (2007), Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data, Jakarta : Salemba Medika


Agus Susanto, (2007), Waspasai Gigitan Nyamuk, Jakarta : PT Sunda Kelapa Pustaka

Dep Kes RI, (2009), Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta : Departemen Kesehatan


Donna L. Wong, (2008), Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 1, Edisi 6, Jakarta : EGC

Herawani, (2001), Pendidikan Perawatan Dalam Kesehatan, Jakarta : ECG


Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika


Nursalam, (2009), Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Edisi Kedua, Jakarta : Salemba Medika


Soegeng Soegijanto, (2002), Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa Dan Penatalaksanaan, Edisi Pertama, Jakarta : Salemba Medika


Soekidjo Notoatmojo, (2007), Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta : Rineka Cipta


Suharsimi Arikunto (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta : Rineka Cipta


Sulianti Saroso, (2007), Demam Berdarah Dengue, http:// www.Pusat Penelitian Penyakit Infeksi.Com (Diakses tanggal 18 Februari 2010 pukul 19.15 WIB)


Suprajitno, (2004), Asuhan Keperawatan Keluarga, Jakarta : EGC


Suriadi Dan Rita Yulianni, (2006), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2, Jakarta : Sagung Seto


Thomas C. Timmreck, (2008), Epidemiologi,Suatu Pengantar, Edisi 3,Jakarta : EGC


Wasis, (2007), Pedoman Riset Praktis, Jakarta : EGC


Widoyono, (2008), Penyakit Tropis : Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasanya, Jakarta : Erlangga


Yupi Supartini, (2004), Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta : EGC


Wahid Iqbal, (2007), Pengantar Riset Keperawatan Komunitas, Jakarta: CV Sagung Seto.





Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec