Skip to main content

peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan anak usia todler di Desa Pantenan Kecamatan

B


AB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Anak akan tumbuh dan berkembang dengan optimal bila mendapat pola asuh yang baik. Sejak lahir seorang anak memiliki kebutuhan, di antaranya kebutuhan terhadap kasih sayang, rasa aman dalam suasana berhubungan dengan orang lain yang stabil dan menyenangkan. Penghargaan dan pujian apabila anak dapat melakukan hal yang baik dan benar serta bertanggung jawab agar anak menjadi mandiri. Kebutuhan tersebut dapat terpenuhi dalam suatu lingkungan yang merangsang seluruh aspek perkembangan anak, namun bila tidak terpenuhi anak tidak akan mencapai tumbuh kembang yang optimal. (Suherman,2001:130).

Pada masa todler (1–3 Tahun) pertumbuhan fisik anak relative lebih lambat dibandingkan pada masa bayi. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak langsing dan berotot. Pada mulanya anak berdiri tegak dan kaku kemudian berjalan dengan berpegangan. Sekitar anak usia enam belas bulan anak mulai berjalan berlari dan menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku, dan pada umur 2-3 tahun anak belajar melompat, memanjat dan berdiri dengan satu kaki. Oleh karena itu anak masih perlu diawasi, karena dalam bermain atau beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.(Nursalam, 2005 : 37)

Angka statistik menunjukkan bahwa semua kecelakaan adalah penyebab tunggal kematian yang terbesar pada anak sejak di lahirkan sampai usia 12 tahun, kecelakaan lingkungan yang terjadi adalah terjatuh, keracunan, terbakar, kemasukan benda asing, terluka, terbentur dan tenggelam. Kebanyakan kecelakaan pada anak berasal dari keinginan yang normal dan sehat, oleh sebab itu pada periode todler keluarga perlu mendapat bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadi bahaya atau kecelakaan tersebut. Kenyataan yang ada pada masyarakat masih ditemukan keluarga yang belum menjalankan perannya dalam merawat kesehatan anaknya. Banyak keluarga yang membiarkan anaknya bermain tanpa diawasi.

Berdasarkan survey awal ibu yang mempunyai anak usia todler didesa Pantenan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik, diperoleh data sebagai berikut : dari 21 anak yang bermain tanpa pengawasan sebanyak 16 anak (62%) dan yang bermain dengan pengawasan sebanyak 5 anak (24%) dan dari uraian tersebut menunjukkan bahwa masih banyak anak usia todler bermain tanpa pengawasan.

Beberapa faktor yang menyebabkan anak bermain tanpa pengawasan antara lain: peran keluarga, peran tenaga kesehatan, lingkungan, pendidikan dan pengetahuan.

K

1

eluarga mempunyai peran begitu besar dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan anak. Karena pada dasarnya fungsi keluarga adalah merawat fisik anak, mendidik anak untuk menyesuaikan diri dengan budaya dan menerima tanggung jawab atas kesejahteraan anak baik secara fisik maupun psikologis. Tugas dan fungsi ini menuntut keluarga untuk menjalankannya baik kondisi sehat anak setiap hari di rumah atau bila anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Selama dalam tumbuh kembang anak berada dalam lingkungan keluarga, tumbuh dan berkembang dengan bantuan stimulus dari keluarga. Namun bila keluarga tidak berperan dengan baik maka akan terjadi penurunan kesehatan pada anak.

Petugas kesehatan sebagai pendidik harus mampu dalam melakukan perannya dalam meningkatkan pengetahuan keluarga atau masyarakat, misalnya dengan cara memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara memenuhi kebutuhan anak. Bila keluarga mendapat informasi atau pengetahuan dari tenaga kesehatan tentang cara memenuhi kebutuhan anak maka akan mengurangi angka kematian dan mencegah terjadinya kecelakaan pada anak. Sebaliknya bila petugas kesehatan tidak memberikan pengetahuan maka keluarga tidak akan mengerti bagaimana cara merawat dan memenuhi kebutuhan anaknya.

Lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar manusia serta pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia (Nasrul Effendi, 1998:200). Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang bersih dan terjaga berarti sudah mengurangi resiko infeksi. Selain itu lingkungan yang bersih juga akan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas bermain secara aman, namun bila lingkungan tersebut tidak mendukung maka anak tidak akan dapat melakukan aktivitas secara aman.

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengarui orang lain baik individu, keluarga atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku (Soekidjo N, 2003:16). Bagaimana pun pendidikan dan pengalaman keluarga (orang tua) dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka menjalankan peran pengasuhan. Dengan pendidikan yang tinggi maka orang tua dapat mengerti cara mengasuh atau merawat kesehatan anak dengan terlibat aktif dalam setiap masalah anak, menjaga kesehatan anak dengan cara memeriksakan dan mencari pelayanan imunisasi yang adekuat, memperhatikan keamanan dan selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak. Sebaliknya jika tingkat pendidikan seorang rendah maka akan sulit dalam menerima informasi dari berbagai media masa.

Pengetahuan adalah kemampuan berfikir dan memberi rasional termasuk proses mengingat, menilai orentasi, persepsi dan memperhatikan (Nursalam, 2001:130) dapat disimpulkan dengan pengetahuan yang luas dan baik penerimaan informasi tentang kesehatan anak memudahkan keluarga dalam menerapkannya. Oleh karena itu yang mempunyai pengetahuan mengenai perawatan kesehatan anak dapat mengurangi terjadinya infeksi atau kemungkinan terjadi kecelakaan atau bahaya. Begitu pula jika seseorang tidak mempunyai pengetahuan maka akan sulit untuk menerapkan cara mengasuh anak mereka.

Keluarga yang membiarkan anaknya bermain tanpa di awasi akan berdampak pada kecelakaan (terjatuh, keracunan, terbakar, kemasukan benda asing, terluka, terbentur dan tenggelam) dan yang paling fatal akan terjadi kematian jika tidak tertolong. Salah satu cara yang dapat dilakukan keluarga atau orang tua dalam merawat kesehatan anaknya adalah tetap memantau anaknya dalam bermain atau menjaga kebersihan lingkungan serta mainan anak-anaknya, memberikan rasa aman, kasih sayang dan memberikan gizi yang baik. Karena semua itu dapat mendukung status kesehatan anak.


Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional terutama dalam peranannya sebagai pelaksana pelayanan kesehatan hendaknya tetap melaksanakan tugas sesuai standart keperawatan anak, yaitu membantu anak dan keluarga mencapai dan mempertahankan tingkat kesehatan secara optimal melalui tindakan penyuluhan tentang perawatan kesehatan anak. Progam pelaksanaan pemerintah kesehatan memberikan penyuluhan dan panduan buku tentang pola asuh pencegahan kecelakaan, menyediakan sarana (telepon) untuk konsultasi keluarga atau orang tua agar dapat mengungkapkan perasaan mengenai merawat anak mereka, menyediakan tempat pelayanan kesehatan yang memadai untuk pemeriksaan anak secara rutin. Upaya tersebut akan berpengaruh terhadap peningkatan status kesehatan anak. Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi masalah di atas, maka peneliti membatasi pada faktor peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan anak usia todler di Desa Pantenanan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik


  1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat disusun rumusan masalah : “ Bagaimana peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan anak usia todler di Desa Pantenan Kecamatan Panceng kabupaten Gresik? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi peran keluarga dalam pemenuhan kebutuhan anak usia todler di Desa Pantenan Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik.


    1. Manfaat penelitian

1.4.1 Teoritis

1.4.1.1 Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga yang mempunyai anak usia todler.


1.4.1.2 Bagi Peneliti Yang Akan Datang

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk pelaksanaan penelitian selanjutnya.


        1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang pentingnya peran keluarga dalam perawatan kesehatan anak di masyarakat.


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,