Skip to main content

gambaran peran keluarga dalam perawatan anak ISPA usia 3-6 tahun di Puskesmas

BAB I
PENDAHULUAN


Latar Belakang
Penyakit batuk pilek dan demam masih dianggap remeh oleh beberapa keluarga dan tidak berbahaya. Penyakit ini dapat mengenai anak berulang kali, tetapi mereka tidak mengerti bahwa penyakit ini dapat menimbulkan penyakit yang lebih berat jika tidak diobati terutama saat daya tahan tubuh menurun (Ngastiyah, 1997). Kesehatan anak pada usia ini perlu mendapatkan perhatian dari keluarga, dan perlu mendapat pelayanan kesehatan secepatnya. Batuk pilek merupakan salah satu bentuk dari ISPA yang paling sering menyerang pada bayi dan anak. Anak balita (dibawah 5 tahun) sangat peka terhadap batuk pilek karena anak balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang baik untuk melawan virus ini melalui infeksi sebelumnya.
ISPA paling banyak atau sering terjadi pada akhir tahun pertama kehidupan atau pada usia fase oral hingga 6-7 tahun (Nelson, 1993 : 574). Pada masa ini anak cenderung memasukkan segala sesuatu kedalam mulut, untuk itu perlu pengawasan dari keluarga agar menjaga dan merawat anaknya dengan baik.
ISPA masih merupakan penyakit utama penyebab kematian bayi dan balita di Indonesia. Dari beberapa hasil kegiatan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), diketahui bahwa 80-90% dari seluruh kasus kematian ISPA disebabkan pneumonia (Dinkes Kabupaten ...................., 2005). Data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten .................... tahun 2006 sebanyak 4300 balita, di Puskesmas Modo penyakit ISPA menempati urutan kedua setiap tahunnya untuk kategori penyakit balita, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1.1 Distribusi Penyakit ISPA Di Puskesmas Modo Kabupaten .................... Tahun 2005 Sampai 2007


Kejadian ISPA (Tahun)
2005 2006 2007
Oktober 35 39 44 Meningkat
Sumber : Data Kunjungan Pasien Puskesmas Modo Tahun 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan jumlah kasus ISPA secara siklus yaitu pada tiap bulan Oktober. Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti melakukan survey pendahuluan pada 10 pasien yang periksa di Puskesmas Modo pada awal bulan Oktober 2007 didapatkan hasil : 4 (40%) kunjungan ulang (kontrol) dan 6 (60%) kunjungan baru. Dari data diatas menunjukkan bahwa terdapat peningkatan angka kejadian ISPA pada anak 3-6 tahun yang memerlukan pengobatan dan perawatan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya batuk pilek atau ISPA yaitu pengetahuan, status gizi, lingkungan, iklim atau cuaca, sikap, pendidikan dan peran keluarga.
Pengetahuan keluarga yang baik tentang perawatan yang benar pada anak ISPA diharapkan dapat membantu meningkatkan kesembuhan dan menurunkan kejadian ISPA. Demikian sebaliknya bila pengetahuan keluarga kurang dalam pencegahan ISPA, maka memungkinkan terjadi peningkatan ISPA.
Status gizi balita mempengaruhi tingkat daya tahan tubuh. Balita yang bergizi baik jarang menderita penyakit yang serius, karena tubuhnya dapat menangkal terjadinya infeksi. Sebaliknya balita yang status gizinya buruk, kemungkinan terserang penyakit lebih tinggi.
Lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan anak usia3-6 tahun. Anak yang hidup dilingkungan bersih, tidak mudah terserang penyakit, sebaliknya anak yang tinggal dilingkungan yang kumuh atau banyak penderita ISPA, kemungkinan terserang penyakit infeksi.
Kejadian ISPA sering terjadi pada peralihan antar musim penghujan dan kemarau, untuk itu diperlukan antisipasi keluarga menghadapi peralihan musim tersebut, sehingga anak terhindar dari penyakit ISPA.
Dengan sikap yang baik, keluarga dapat mengambil tindakan yang benar dalam upaya perawatan anak ISPA usia 3-6 tahun, sebaliknya sikap yang kurang baik dari keluarga kemungkinan salah dalam mengambil tindakan perawatan anak yang sakit.
Pendidikan yang tinggi dapat meningkatkan pengetahuan tentang perawatan anak dengan ISPA dan menimbulkan sikap yang positif serta meningkatkan ketrampilan individu dalam bertindak. Demikian sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang rendah yang dimiliki keluarga tindakan dalam melakukan perawatan anak dengan ISPA juga kurang.
Adanya peran keluarga yang baik, dimungkinkan dapat menurunkan angka kejadian ISPA, sebaliknya apabila peran yang kurang dari keluarga dapat menyebabkan peningkatan kejadian ISPA pada anak, dimana peran yang diharapkan dari keluarga adalah upaya keluarga dalam mencegah terjadinya ISPA pada anak usia 3-6 tahun.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Nasrul Efendy, 1998 : 33). Salah satu tugas keluarga adalah memberi keperawatan pada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda (Friedman, 1998 : 349).
Anak yang sakit perlu mendapatkan perhatian khusus, karena anak belum bisa mengenal dan menolong dirinya sendiri oleh karena itu diperlukan adanya peran keluarga dalam memberikan perawatan pada anak yang menderita ISPA agar tidak mengalami komplikasi yang lebih parah. Perawatan yang bisa dilakukan keluarga antara lain menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitarnya, memperhatikan menu makanan anak yang memenuhi syarat gizi seimbang dan menghindarkan anak dari penderita ISPA yang ada didekat anak tersebut.
Untuk menanggulangi meningkatnya angka kejadian ISPA ini pemerintah mengadakan program pemberantasan ISPA (P2 ISPA), dengan mengklasifikasikan ISPA menjadi 3 (tiga), yaitu : Pneumonia berat, Pneumonia dan Bukan Pneumonia. Langkah melaksanakan program tersebut yaitu secara bertahap menentukan daerah yang akan dicakup program, menyelenggarakan pelatihan pada para pelaksana program, melibatkan peran serta aktif masyarakat dan mengupayakan terwujudnya kerjasama lintas sektoral dan lintas program serta penyuluhan tentang cara merawat anak khususnya pada usia 1-5 tahun, ditempat pelayanan kesehatan oleh petugas kesehatan.
Upaya perawatan yang harus dilakukan oleh perawat terkait dengan program yang telah ditetapkan oleh pemerintah adalah melakukan deteksi dini dari penyakit batuk pilek yang sering menyerang anak, memberikan penyuluhan pada keluarga tentang cara pencegahan dan kesegeraan membawa anak berobat ke pelayanan kesehatan dan memberikan perawatan yang optimal sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga mendapatkan hasil yang optimal dan memungkinkan dapat mencegah keparahan atau komplikasi.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah : “Bagaimana peran keluarga dalam perawatan anak ISPA usia 3-6 tahun di Puskesmas Modo Kecamatan Modo ?”

Tujuan Penelitian
Mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan anak ISPA usia 3-6 tahun di Puskesmas Modo Kecamatan Modo.


Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan program pemberantasan ISPA dan sebagai kerangka acuan untuk mendeteksi dan meningkatkan mutu pelayanan pada pasien ISPA.
1.4.2 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui peran keluarga dalam perawatan anak dengan ISPA dan menerapkan teori yang diperoleh dikuliah tentang ISPA dalam lahan nyata.
1.4.3 Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang ISPA pada anak usia 3-6 tahun.

Batasan Penelitian
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya batuk pilek atau ISPA, maka peneliti hanya membatasi pada faktor peran keluarga dalam perawatan anak ISPA usia 3-6 tahun.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,