Skip to main content

hubungan antara peran keluarga dengan perawatan diri pada lansia

BAB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Menurut Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992 memberikan batasan : kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini, memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup tiga aspek, yakni : fisik, mental dan sosial, tetapi menurut Undang-undang No. 23/1992, kesehatan itu mencakup empat aspek yakni : fisik (badan), mental (jiwa), sosial dan ekonomi (Notoatmodjo, 2003 : 3).

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000 : 1). Merawat lansia memberikan suatu tantangan keperawatan tertinggi.

Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam upaya perawatan pada lansia. Merawat lansia dibutuhkan ketrampilan yang khusus. Keluarga juga dipandang sebagai institusi atau lembaga yang dapat memenuhi manusiawi terutama untuk kebutuhan bagi perawatan. Apabila mengaitkan peran keluarga dengan upaya pemenuhan kebutuhan Maslow bagi individu maka mereka merupakan lembaga pertama yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut (Djawad Dahlan, 2000 : 72-73).

Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia di Indonesia meningkat menjadi 9,99% dari seluruh jumlah penduduk Indonesia (12.277.700 jiwa). Tapi pada tahun 2005 dipastikan 8,5% jumlah penduduk. Dengan harapan hidup 65 – 70 tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.000 lebih) dengan umur harapan hidup 70 -75 tahun (Nugroho, 2000 : 2). Berdasarkan survey awal pada usia lanjut di Desa Ngimbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten .............. jumlah lanjut usia sekitar 12% dari jumlah penduduk (9,758 jiwa) sedangkan usia lanjut umur 65 – 70 tahun sekitar 11,39% dari jumlah usia lanjut. Dari 10 responden usia lanjut yang diperiksa umur 65 – 70 tahun.

Berdasarkan survey awal pada usia lanjut di desa Ngimbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten .............. dari 10 responden yang diperiksa, 5 usia lanjut atau 50% didapatkan perawatan diri kurang, 3 usia lanjut atau 30% didapatkan perawatan diri cukup, dan 2 usia lanjut atau 20% didapatkan perawatan diri baik.

Berbagai faktor yang menyebabkan kurangnya perawatan diri pada lanjut usia antara lain : pengetahuan, lingkungan, pendidikan, peran keluarga, sosial ekonomi dan adat kebiasaan.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003 : 121). Bila pengetahuan yang didapatkan banyak tentang perawatan diri, maka kemungkinan usia lanjut akan melakukan perawatan diri dengan benar dan tepat, sedangkan usia lanjut yang kurang mendapat pengetahuan atau informasi tentang kebersihan diri maka usia lanjut cenderung kurang memperhatikan perawatan diri yang berakibat usia lanjut mudah terserang penyakit.

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan manusia (Effendy, 1998 : 199). Lingkungan harus benar-benar berbeda dengan lingkungan untuk istirahat atau tidur, dan lingkungan harus tenang dan terbebas dari hiruk pikuk (Watson, 2003 : 218). Lansia yang terbiasa berada pada lingkungan kumuh atau lingkungan yang kurang memperhatikan kebersihan. Maka dapat dipastikan para lansia akan membiasakan diri hidup seperti biasa yang ia lakukan dan tidak akan memperhatikan kehidupan yang lebih bersih dan sehat. Hal ini semata karena sudah menjadi kebiasaan.

Peran menunjukkan kepada beberapa perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Effendy, 1998 : 32). Keluarga dijadikan sebagai unit pelayanan karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Pengalaman sebuah keluarga yang anggotanya kurang melakukan perawatan diri biasanya ditutupi oleh suami atau istri dan anak-anaknya. Seseorang yang bertanggungjawab untuk melanjutkan perawatan pada lansia adalah keluarga sehingga keluarga menyadari bahwa sesuatu yang mereka lihat pada lansia bukanlah sesuatu yang luar biasa. Keluarga juga perlu menetapkan hubungan yang berkelanjutan dengan petugas kesehatan sehingga pengawasan dan pelayanan kesehatan dapat diberikan pada saat yang tepat.

Sosial ekonomi merupakan perilaku masyarakat dalam menggunakan sumber daya yang langka dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada di masyarakat (Paul A. Samuelson, Wilson DN, 2000 : 44). Tingkat ekonomi dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk merawat diri. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang maka orang tersebut akan lebih memperhatikan dirinya supaya tidak sering terserang suatu penyakit yaitu dengan cara merawat diri. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat ekonomi seseorang maka orang tersebut tidak memperhatikan kebersihannya. Apalagi pada lansia mereka sudah tua dan sangat rentan terhadap penyakit.

Pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo N, 2003 : 16). Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha pendewasaan manusia meliputi upaya pengajaran dan pelatihan (Ahmad A.K. Muda, 2006 : 184). Apabila dulunya para lansia diberi pendidikan berupa pengajaran dan pelatihan tentang merawat diri maka lansia tersebut akan merawat dirinya dengan baik. Sebaliknya bila para lansia tidak pernah diberikan pelatihan dan pengajaran tentang merawat diri lansia tidak akan melakukan perawatan diri dengan baik.

Adat kebiasaan merupakan suatu hal yang biasa dilakukan secara turun temurun dalam keluarga (Ahmad A.K. Muda, 2006 : 14). Jika budaya dalam keluarga itu baik maka kebiasaan keluarga selanjutnya itupun akan baik pula. Begitu juga dengan perawatan diri pada lanjut usia. Kalau dulu keluarganya tidak melakukan perawatan diri pada dirinya maka keluarga berikutnya tidak melakukan perawatan diri dengan baik. Apalagi pada lanjut usia, mereka sudah tua jadi mereka tambah malas untuk merawat dirinya.

Perawat berada dalam posisi yang unik ketika merawat lansia untuk mempengaruhi hasil perawatan, tidak hanya melalui aplikasi praktik biasa, akan tetapi juga melatih ketrampilan dan melakukan koordinasi dengan disiplin ilmu lain untuk mencapai kepuasan hasil yang diharapkan pada setiap individu (Watson, 2003 : 1).

Bagaimanapun semua perawat harus mempunyai pemahaman yang baik tentang cara merawat lansia karena banyak hal yang akan mereka hadapi di lingkungan tersebut. Dimanapun lansia menjalani perawatan dalam ruangan khusus untuk perawatan lansia (tempat mereka akan ditangani oleh dokter geriatrik), ruangan penyakit dalam dan bedah atau di masyarakat mereka akan mempunyai kebutuhan yang unik dan memerlukan ketrampilan khusus dalam pemberian asuhan keperawatan yang adekuat (Watson, 2003 : 1)


    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yaitu

1.2.1 Bagaimana peran keluarga dalam perawatan diri pada lansia ?

1.2.2 Bagaimana perawatan diri pada lansia ?

1.2.3 Apakah ada hubungan antara peran keluarga dengan perawatan diri pada lansia ?


    1. Tujuan Penelitian

      1. Tujuan Umum

Menganalisa hubungan peran keluarga dengan perawatan diri pada lansia.

      1. Tujuan Khusus

        1. Mengidentifikasi peran keluarga dengan perawatan diri pada lansia.

        2. Mengidentifikasi perawatan diri pada lansia.

        3. Mengidentifikasi hubungan peran keluarga dengan perawatan diri pada lansia.


    1. Manfaat Penelitian

      1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman nyata bagi peneliti dan proses penelitian.



      1. Bagi Klien

        1. Sebagai bahan masukan klien tentang pentingnya perawatan diri

        2. Dapat menambah pengetahuan klien tentang perawatan diri pada usia lanjut.

      1. Bagi Institusi Lahan Penelitian

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi keluarga dalam perawatan diri pada usia lanjut.


    1. Batasan penelitian

Berdasarkan banyaknya masalah yang ada, maka peneliti membatasi tentang peran keluarga terhadap perawatan diri pada lansia di Desa Ngimbang Kecamatan Ngimbang Kabupaten .............. pada bulan Mei sampai Juni 2007


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,