Skip to main content

gambaran pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi pada akseptor kontrasepsi suntik

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang


Metode kontrasepsi saat ini digalakkan oleh pemerintah untuk membatasi angka pertumbuhan penduduk. Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan masyarakat, diantaranya pelayanan keluarga berencana (Abdul Bari Saifuddin, 2006).

Masih banyak masyarakat yang belum mendapat informasi yang tepat mengenai manfaat Keluarga Berencana atau KB sehingga banyak tersebar mitos yang perlu diluruskan, yang bila memakai kontrasepsi bisa menyebabkan antara lain: kanker, kulit wajah berjerawat, flek kehitaman di wajah, dan tidak terlalu efektif dalam mencegah kehamilan. Dengan berkembangnya program KB yang dicanangkan oleh pemerintah, alat kontrasepsi pun semakin berkembang. Berbagai pilihan alat kontrasepsi ditawarkan kepada masyarakat. Dari mulai yang sederhana sampai yang permanen atau mantap, yaitu mulai pil, suntik, spiral dan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau AKDR. Dan juga terdapat jenis kontrasepsi lain, yaitu vasektomi untuk pria dan tubektomi untuk wanita.

Semua alat kontrasepsi mempunyai efek samping dan efektifitas. Kontrasepsi suntik merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang paling banyak diminati oleh masyarakat di Indonesia karena kerjanya efektif, pemakaiannya praktis, harganya relatif murah dan aman (Hanifa Winkjosastro, 2007).

Alat kontrasepsi suntik bekerja untuk mengentalkan lendir rahim sehingga sulit ditembus oleh sperma. Selain itu, alat kontrasepsi suntik juga membantu mencegah sel telur menempel di dinding rahim sehingga kehamilan dapat dihindari (Benson,Ralph C, 2009).

Efek samping alat kontrasepsi suntik banyak dijumpai di masyarakat. Tidak sedikit dari akseptor alat kontrasepsi suntik yang menanyakan keluhan-keluhan atau efek samping alat kontrasepsi suntik, padahal mereka telah mengikuti atau menggunakan alat kontrasepsi suntik cukup lama. Penggunaan alat kontrasepsi suntik mempunyai efek samping di antaranya adalah perubahan siklus menstruasi meliputi amenorea dan spotting, meningkatnya atau menurunnya berat badan, mual, pusing, dan muntah (Abdul Bari Saifuddin, 2006).

Amenorea dan Spotting ini terjadi terutama selama beberapa bulan pertama pemakaian, tetapi hal ini bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Tetapi apabila spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan itu. Perlu diingat bahwa penyebab perdarahan abnormal pada para pemakai alat kontrasepsi ini sangat jarang dibandingkan dengan perdarahan di luar siklus dan bercak darah atau spotting yang berkaitan dengan metode itu sendiri (Glasier Anna, 2006).

Menurut data tahun 2009 di Dinas Kesehatan .............. yang mengikuti KB aktif berjumlah 228.821 orang, dan yang menggunakan kontrasepsi suntik berjumlah 124.810 orang (54,54%). Sedangkan yang lain menggunakan kontrasepsi lain antara lain: IUD, MOP/MOW, Implant, Pil, dan Kondom. Data di Puskesmas Deket untuk peserta KB aktif berjumlah 7.351 orang, dan yang menggunakan kontrasepsi suntik berjumlah 3.949 orang (53,72%).

Data survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2010 di Desa Ploso Buden Kecamatan Deket Kabupaten .............., dari 10 akseptor kontrasepsi suntik di dapatkan yang mengalami efek samping dari pemakaian kontrasepsi suntik di antaranya 5 orang atau 50,00% yang mengalami amenorea, 3 orang atau 30,00% yang mengalami spotting, dan 2 orang atau 20,00% yang mengalami peningkatan berat badan. Dan dari akseptor kontrasepsi suntik yang mengalami perubahan siklus menstruasi yaitu amenore dan spotting 6 orang atau 75,00% yang mempermasalahkan perubahan siklus menstruasinya, sedangkan 2 orang atau 25,00% tidak mempermasalahkan perubahan tersebut. Dari data di atas dapat diketahui sebagian besar akseptor kontrasepsi suntik yang mempermasalahkan perubahan siklus menstruasi amenorea dan spotting.

Dapat diidentifikasi faktor yang mempengaruhi akseptor kontrasepsi suntik yang mempermasalahkan perubahan siklus menstruasi yaitu pengetahuan, pendidikan, peran keluarga, peran petugas kesehatan, pekerjaan, dan umur.

Sebagai faktor pertama yaitu pengetahuan akseptor kontrasepsi suntik. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Dengan demikian makin banyak mereka mendengar, melihat dan merasakan terlebih ia mau mencobanya, maka ia akan memperoleh banyak pengetahuan tetapi apabila ia tidak pernah sama sekali melakukan upaya untuk merasakan atau melihat dan mendengar tentang informasi penting, maka ia dapat dipastikan akan mengalami ketidaktahuan dari semua hal termasuk efek samping kontrasepsi suntik. Keadaan inilah yang menjadikan para akseptor khawatir tentang perubahan siklus menstruasi.

Faktor yang bisa mempengaruhi kedua yaitu pendidikan akseptor kontrasepsi suntik. Pendidikan didefinisikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo, 2007). Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka kemungkinan semakin mudah mereka memperoleh dan menangkap informasi yang diberikan yang bersifat positif. Begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan, maka kemungkinan sulit bagi mereka untuk menangkap informasi maupun ide-ide termasuk tentang perubahan siklus menstruasi.

Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system (Wahit Iqbal Mubarok, 2005). Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap (Sudiharto, 2007). Keluarga yang mendukung akseptor kontrasepsi suntik dalam menghadapi perubahan siklus menstruasi, maka kemungkinan akseptor kontrasepsi suntik akan merasa lebih percaya diri terhadap kontrasepsi yang dipilihnya, bahkan akseptor kontrasepsi suntik tidak merasa khawatir terhadap perubahan siklus menstruasi. Sebaliknya pada akseptor kontrasepsi suntik yang tidak mendapat dukungan keluarga, maka kemungkinan rasa percaya diri terhadap pemakaian kontrasepsi suntik akan hilang bahkan akseptor kontrasepsi suntik akan merasa khawatir terhadap perubahan siklus menstruasi yang dialaminya dan juga membuat akseptor kontrasepsi suntik akan berganti pada KB yang lain.

Peran petugas merupakan sebagai model dalam perilaku hidup bersih, sehat, dan berbudaya serta membimbing seseorang untuk memecahkan masalah kesehatan (Sudiharto, 2007). Semakin tinggi kepedulian tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan, maka akseptor kontrasepsi suntik tidak khawatir karena perubahan siklus menstruasi tersebut merupakan suatu hal yang wajar. Sebaliknya, bila tenaga kesehatan kurang memberikan pendidikan tentang perubahan siklus menstruasi, maka akseptor akan ragu dan juga bisa menyebabkan akseptor yang drop out. Karena petugas kesehatan mempunyai peranan sangat penting dalam memberikan pedoman yang berhubungan dengan efek samping pemakaian kontrasepsi suntik.

Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Wahit Iqbal Mubarok, 2007). Sehingga pengalaman dan pengetahuan yang mereka peroleh, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan. Sedangkan seseorang yang hidup dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan cenderung mengabaikan kondisi kesehatan, sehingga mereka tidak dapat mengenali adanya masalah sejak awal.

Dengan bertambahnya umur, seseorang akan mengalami perubahan pada aspek fisik dan psikologis (Wahit Iqbal Mubarok, 2007). Jika usia seseorang terlalu mudah dapat dikatakan kurang mempunyai pengalaman, sehingga pengetahuan akan kurang. Sedangkan semakin bertambah umur, maka pengetahuan akan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya pengalaman hidup mereka.

Dampak dari kurangnya pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi pada akseptor kontrasepsi suntik salah satunya yaitu para akseptor merasa tidak nyaman pada dirinya karena terdapat perubahan pada dirinya. Dan juga dapat menyebabkan akseptor merasa takut jika tidak mengalami menstruasi, maka hal tersebut pertanda kehamilan atau penyakit. Dan jika pengetahuan akseptor kontrasepsi suntik adekuat, maka mereka tidak akan khawatir untuk meneruskan program KB-nya. Sehingga angka kelahiran dapat ditekan.

Dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan dipilih, sebaiknya akseptor memerlukan pertimbangan yang sangat baik dan benar. Oleh karena itu sebelum menentukan pilihan sebaiknya para calon akseptor melakukan konsultasi KB kepada dokter, bidan atau petugas kesehatan yang berkompeten. Dan untuk meningkatkan pengetahuan akseptor KB, peran tenaga kesehatan sebagai edukator diharapkan dapat membantu memberikan informasi atau penyuluhan tentang masalah para akseptor kontrasepsi suntik yang mengalami perubahan siklus menstruasi. Pengetahuan ini dapat diberikan oleh petugas kesehatan melalui, penyuluhan atau konseling kepada akseptor kontrasepsi suntik tentang perubahan siklus menstruasi melalui kegiatan warga misalnya posyandu, PKK atau pada saat akseptor kontrasepsi suntik datang ke petugas kesehatan, sehingga akseptor bertambah yakin dalam menggunakan kontrasepsi suntik, terlebih mengetahui cara efektif dalam mengatasi masalah efek samping dalam penggunaan kontrasepsi suntik.

Suami sebagai pasangan hidup juga memiliki peran penting dalam penyaluran dan pemberi dukungan emosional atau psikologis pada akseptor kontrasepsi suntik. Suami dan istri sebagai akseptor dapat saling bekerja sama untuk memutuskan metode yang tepat dan aman. Apabila timbul dampak atau efek samping maka akan dapat saling memahami dan memberi keputusan yang tepat dalam mengatasinya.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang pengetahuan akseptor kontrasepsi suntik yang mengalami perubahan siklus menstruasi spotting dan amenorea.


    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah “Bagaimana gambaran pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi amenorea dan spotting pada akseptor kontrasepsi suntik di Desa Ploso Buden Kecamatan Deket Kabupaten ..............?”.


    1. Tujuan Penelitian

Mengetahui gambaran pengetahuan tentang perubahan siklus menstruasi pada akseptor kontrasepsi suntik di Desa Ploso Buden Kecamatan Deket Kabupaten ...............

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

  1. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi profesi dalam memberikan informasi pada akseptor kontrasepsi suntik yang mempunyai masalah tentang perubahan siklus menstruasi.

  1. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui lebih dalam pengetahuan akseptor kontrasepsi suntik tentang perubahan siklus menstruasi.


3) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi tempat penelitian yaitu, sebagai bahan masukan bagi penanggung jawab terkait termasuk tenaga kesehatan yang ada di dalamnya dalam memberikan informasi tentang efek samping dari kontrasepsi suntik.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec