Skip to main content

IDENTIFIKASI MUTU PELAYANAN PERAWATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sesuai GBHN 1998 pembangunan nasional dibidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meningkatkan mutu sumber daya manusia serta mutu kehidupan manusia melalui kemudahan dan pemerataan pelayanan kesehatan untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tercapainya keadaan ini akan ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, anak dan ibu melahirkan, meningkatnya kesejahteraan keluarga, meningkatnya produktivitas kerja dan meningkatnya perilaku hidup sehat di lingkungan masyarakat. Untuk tercapainya tujuan tersebut maka kebijakan kesehatan diarahkan untuk pengembangan upaya, tenaga maupun sarana sehingga memadai dan mampu berperanan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Derajat kesehatan yang optimal dapat dicapai dengan peningkatan mutu lingkungan dan perubahan tingkah laku masyarakat serta pelayanan kesehatan yang merata, menyeluruh dan terpadu yang memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional (Depkes RI, 1997: 1).
Kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.
Perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan ini sangat mempengaruhi orientasi pelayanan kesehatan dari pelayanan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif bagi perorangan, menjadi yang lebih bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat luas.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk merubah sistem pemberian pelayanan kesehatan ke sistem desentralisasi. Dengan meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah terhadap pelayanan keperawatan (Nursalam, 2002: 42).
Dari data yang telah diperoleh pada tahun 2006 di Puskesmas Kecamatan .........., jumlah kunjungan pasien pada tribulan pertama sebanyak 9220 kunjungan, pada tribulan kedua sebanyak 8964 kunjungan, pada tribulan ketiga sebanyak 8846 kunjungan dan pada tribulan keempat sebanyak 7526 kunjungan. Dari data di atas dapat dilihat bahwa terdapat penurunan yang berturut- turut pada jumlah kunjungan pasien di Puskesmas Kecamatan ........... Kemudian dari survey awal yang dilakukan peneliti pada pasien yang berobat ke Puskesmas Kecamatan .......... dengan 10 responden untuk mutu pelayanan didapatkan 6 responden mengatakan mutu pelayanan tentang ketanggapan petugas, ketepatan waktu, prosedur, sarana dan prasarana serta jumlah petugas kurang dan 4 responden mengatakan mutu pelayanan tentang ketanggapan petugas, ketepatan waktu, prosedur, sarana dan prasarana serta jumlah petugas baik. Sedangkan untuk kepuasan pasien didapatkan 3 responden dengan tingkat kepuasan tinggi terhadap pelayanan petugas, posedur, sarana dan prasarana serta 7 responden dengan tingkat kepuasan rendah terhadap pelayanan petugas, posedur, sarana dan prasarana.
Banyaknya pasien yang belum puas dengan terhadap pelayanan yang diberikan di Puskesmas Kecamatan .........., yang mana dapat diidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah mutu pelayanan, petugas kesehatan, prosedur dan sarana/ prasarana kesehatan.
Mutu pelayanan adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan yang berdasarkan tingkat dimana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai out cames (Wijono. D, 1999: 26). Salah satu indikator mutu pelayanan adalah tingkat kepuasan klien sebagai pengguna jasa. Kepuasan klien dalam menjalani perawatan pada kenyataannya sering diabaikan sehingga menumbuhkan rasa tidak percaya terhadap petugas kesehatan kemungkinan hal ini akan memberikan dampak negatif terhadap tingkat kepuasan klien di puskesmas yang bersangkutan.
Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau ketrampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Wijono. D, 1999: 1314). Selalu diupayakan agar petugas kesehatan memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup.
Prosedur adalah suatu seni atau rangkaian langkah- langkah yang saling berhubungan atau pekerjaan- pekerjaan yang dinyatakan secara kronologis dengan maksud untuk mencapai maksud tertentu yang harus diikuti (Wijono. D, 1999: 63). Prosedur benar- benar merupakan petunjuk- petunjuk untuk tindakan dan bukan untuk cara berfikir. Prosedur memberikan detail- detail tindakan, dengan prosedur sesuatu aktivitas tertentu harus dilaksanakan. Esensinya adalah rentetan tindakan yang diatur secara kronologi/ berurutan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang diguanakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang meliputi balai pengobatan, Puskesmas, Rumah Sakit, praktek dokter , praktek bidan, apotek, laboratorium dan sarana kesehatan lainnya (Wijono. D, 1999: 1326).
Kurang atau tidak bermutunya layanan kesehatan puskesmas bukan kesalahan puskesmas, tetapi sistem layanan kesehatan puskesmas itu sendiri yang menjadikannya kurang atau tidak bermutu (Pohan, 2006: 244).
Sehingga dari masalah diatas menimbulkan suatu dampak yang mempengaruhi jumlah kunjungan pasien diantaranya sistem pelayanan perawatan yang kurang bermutu.
Disini peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan perawatan. Selalu diupayakan agar petugas kesehatan memberikan pelayanan perawatan dengan berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal.
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, penelitian ini diawali dengan adanya permasalahan tentang banyaknya pasien yang belum puas dengan mutu pelayanan perawatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana mutu pelayanan perawatan yang diberikan Puskesmas Kecamatan .......... ?
1.2.2 Bagaimana tingkat kepuasan pasien yang berobat di Puskesmas Kecamatan .......... ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui mutu pelayanan perawatan dan tingkat kepuasan pasien.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi mutu pelayanan perawatan yang diberikan Puskesmas Kecamatan ...........
2) Mengidentifikasi tingkat kepuasan pasien yang berobat di Puskesmas Kecamatan ...........

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan memberikan pengalaman yang nyata bagi penulis mengenai mutu pelayanan perawatan dan tingkat kepuasan pasien.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi profesi dalam usaha meningkatkan pelayanan perawatan yang bermutu.
1.4.3 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan agar dapat mengetahui dan memahami mutu pelayanan dan kepuasan pasien sehingga dapat mengatur dan mengendalikan perilaku karyawan ke arah yang diinginkan.

1.5 Batasan Penelitian
Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi masih adanya pasien yang belum puas dengan mutu pelayanan perawatan maka peneliti membatasi pada faktor mutu pelayanan perawatan dan tingkat kepuasan pasien.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,