Skip to main content

gambaran tingkat kemandirian lansia laki-laki dan perempuan dalam melakukan ADL di Desa Pucuk

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Pembangunan disegala bidang menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang semakin membaik, usia harapan hidup makin meningkat, dan jumlah lanjut usia (lansia) makin bertambah. Seiring dengan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) lansia, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional kesehatan, serta bekerja sama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian (mortalitas) lansia. Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, panti sosial tresna wredha, sasana tresna wredha, sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), sarana pelayanan kesehatan rujukan tingkat pertama (sekunder) dan sarana pelayanan kesehatan lanjutan (tersier) untuk mengurangi permasalahan yang terjadi pada lansia (Hardiwinoto,2005:152).

Menurut data tentang cakupan pelayanan kesehatan lanjut usia Dinas Kesehatan Kabupaten .............. tahun 2008 mencapai 137.607 lansia dan tahun 2009 mencapai 146.188. Data di Wilayah Puskesmas Pucuk di dapatkan 3.357 lansia. Hasil survey awal penelitian yang dilaksanakan di Desa Pucuk terhadap 10 lansia didapatkan 7 lansia (70 %) sakit yang berhubungan dengan proses penuaan dan mengalami ketergantungan pada keluarga dan 3 lansia (30 %) sehat. Dari data diatas menunjukkan bahwa masih tingginya angka kesakitan lansia yang berhubungan dengan proses penuaan dan ketergantungan pada keluarga di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka kesakitan lansia yang berhubungan dengan proses penuaan dan ketergantungan pada keluarga adalah proses penyakit, status fungsional, mental dan emosional, psikososial, perlindungan kesehatan, promosi kesehatan.

Proses penyakit merupakan sebuah perubahan pada individu yang menyebabkan parameter kesehatan mereka berada di bawah kisaran normal (Price,2005:3). Menurut Wahyudi Nugroho (2008:54) ada empat penyakit yang erat hubungannya dengan proses menua. Pertama yaitu gangguan sirkulasi darah, misalnya hipertensi, kelainan pembuluh darah dan ginjal. Kedua adalah gangguan metabolisme hormonal, misalnya diabetes mellitus, klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid. Ketiga yaitu gangguan pada persendian, misalnya osteoartritis, gout artritis, ataupun penyakit kolagen lainnya serta yang keempat adalah berbagai macam neoplasma. Timbulnya penyakit tersebut dapat dipercepat atau diperberat oleh faktor luar, misalnya makanan, kebiasaan hidup yang salah, infeksi dan trauma. Sifat penyakit dapat mulai secara perlahan dan sering kali tanpa tanda-tanda atau keluhannya ringan dan baru diketahui sesudah keadaannya parah. Kondisi ini perlu segera diatasi sejak dini agar tidak salah atau terlambat menegakkan diagnosis sehingga terapi dan tindakan keperawatan segera dapat diberikan.

Faktor yang kedua yaitu status fungsional lansia. Secara Biologi, lanjut usia mengalami proses penuaan secara terus menerus yang ditandai dengan menurunnya daya fisik terhadap penyakit (Hardiwinoto,2005:123). Penurunan fisik ini dapat dilihat dari kemampuan fungsional dari lansia terutama kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum, berjalan, tidur, dan mandi. Dari kemampuan melakukan aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut usia mandiri atau tergantung pada orang lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari (Aktivities of Daily living=ADL) adalah kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung pada pihak lain dalam merawat diri maupun dalam beraktivitas sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional lansia maka kemampuan untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik. Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap serangan penyakit.

Menurut Maryam (2008:58) kondisi mental dan emosional lansia dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya saat ini. Pada umumnya setiap lansia menginginkan keadaan seperti panjang umur, mempertahankan hak dan hartanya, serta tetap berwibawa, akan tetapi pada prosesnya tidak sesuai dengan keinginan tersebut, hal ini dirasakan sebagai beban mental yang cukup besar bagi lanjut usia, sehingga kondisi tersebut akan berdampak terhadap kondisi kesehatan, yang menyebabkan sakit atau penyakit yang pernah dideritanya kambuh.

Promosi kesehatan adalah pola multidimensional dari tindakan dan persepsi yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat membantu atau meningkatkan kesejahteraan, aktualisasi diri, dan pemenuhan kebutuhan individu (Stanley,2006:4). Promosi kesehatan untuk lansia tidak hanya difokuskan pada penyakit atau ketidakmampuan tetapi juga difokuskan pada kekuatan dan kemampuan lansia. Aktivitas promosi kesehatan yang tepat untuk lansia adalah aktivitas fisik, mental, sosial, nutrisi yang adekuat, pengendalian berat badan dan manajemen stres. Apabila lansia mendapatkan promosi kesehatan secara terus menerus maka status kesehatan lansia akan semakin baik sehingga resiko terhadap serangan penyakit akan menurun.

Perilaku perlindungan kesehatan adalah aktivitas yang diarahkan untuk mengurangi resiko individu terhadap berkembangnya penyakit tertentu (Stanley,2006:5). Pemeriksaan kesehatan secara teratur, penggunaan obat secara tepat, serta pembatasan diet khusus seperti diet rendah kolesterol atau tinggi serat merupakan perilaku perlindungan kesehatan. Apabila lansia mau untuk menerapkan perilaku perlindungan kesehatan maka lansia akan terhindar dari berbagai macam penyakit.

Psikososial berkaitan dengan peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya (DepkesRI,2000:1). Mundurnya keadaan fisik dan hilangnya fungsi tubuh yang menyebabkan penarikan diri, isolasi dan rasa asing yang menyebabkan lansia binggung dan mengalami disorientasi. Perubahan fisik dan sosial yang terjadi bersamaan tidak dapat dipisahkan dari perubahan psikologis selama proses penuaan. Oleh sebab itu ketiga aspek tersebut harus diperhatikan pada lansia, karena dampak psikologis akan memperberat panyakit yang dialami lansia.

Gangguan status fungsional merupakan indikator penting tentang adanya penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan dan ketergantungan pada keluarga. Jika lansia mengalami hambatan dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari maka lansia telah mengalami masalah kesehatan dan ketergantungan pada keluarganya. Kesehatan dan kemandirian lansia perlu dipertahankan agar lansia tidak menjadi beban bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.

Untuk mengurangi angka kesakitan lansia yang berhubungan dengan proses penuaan dan ketergantungan pada keluarga maka perlu dilakukan pengkajian terhadap status fungsionalnya yaitu pemeriksaan terhadap kemampuan melakukan ADL. Kemampuan dalam melakukan ADL diukur dari tingkat kemandirian dan ketergantungan lansia, baik pada lansia laki-laki maupun perempuan, dengan menggunakan indeks ADL barthel yang didasarkan pada ketrampilan menjalankan fungsi biologis dan memerlukan bekerjanya sistem saraf dan anggota gerak (Hardywinoto,2005:137). Oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang gambaran tingkat kemandirian lansia laki-laki dan perempuan dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten ...............


    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian :

  1. Bagaimana tingkat kemandirian lansia laki-laki dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten .............. ?

  2. Bagaimana tingkat kemandirian lansia perempuan dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten .............. ?





    1. Tujuan Penelitian

      1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia laki-laki dan perempuan dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten ...............

      1. Tujuan khusus

  1. Mengidentifikasi tingkat kemandirian lansia laki-laki dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten ...............

  2. Mengidentifikasi tingkat kemandirian lansia perempuan dalam melakukan ADL di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk Kabupaten ...............


    1. Manfaat Penelitian

  1. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini bisa memberikan masukan bagi profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia.

  1. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dan sumbar data untuk meneliti tentang lansia.

    1. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,