Skip to main content

Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan di Pondok Pesantren Al-Mizan

BAB 1

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Dengan kemajuan pembangunan, masalah kependudukan di Indonesia sekarang tidak lagi sepenuhnya terpusat pada jumlah penduduk melainkan pada kualitas penduduknya. Remaja merupakan aset bangsa untuk terciptanya generasi mendatang yang baik (Linda, 2005).

Remaja merupakan individu baik perempuan maupun laki-laki yang berada pada masa/ usia antara 10-19 tahun menurut klasifikasi Word Health Organization atau WHO. Sementara United Nations atau UN menyebutkan sebagai anak mudah atau yout untuk usia 10-24 tahun. Ini kemudian disatukan dalam batasan kaum mudah atau mencakup usia 10-24 tahun (Linda, 2005). Banyak perubahan yang terjadi pada masa ini disebabkan karena adanya hormon yang telah berperan aktif sehingga mengakibatkan pada diri perempuan mengalami menstruasi, pinggul meliar, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan sekitar kemaluan (Dep Kes RI, 2007).

Vagina merupakan organ reproduksi wanita yang sangat rentan terhadap infeksi, batas antara uretra dengan anus sangat dekat, sehingga kuman penyakit seperti jamur, bakteri, parasit, maupun virus mudah masuk ke liang vagina. Wanita harus rajin merawat kebersihan wilayah pribadinya ini (Fitri, 2006).

Sebagian besar wanita melakukan cara yang salah saat membasuh vagina, padahal salah cara dalam membasuh organ kewanitaan bisa berakibat fatal, seperti hilangnya rasa percaya diri, terkena vaginitis (infeksi pada vagina) (Fitri, 2006). Peradangan pada vagina atau vaginitis yang terjadi karena perubahan keseimbangan normal bakteri yang hidup disana. Tanda atau gejala penting umum, munculnya cairan abnormal sering tampak lebih kental dibandingkan cairan normal dan warnanya bermacam-macam, misalnya bisa seperti keju, kuning kehijauan, kemerahan, putih keruh keabuan, dan berbusa serta menimbulkan bau kurang sedap (Fitri, 2006).

Keputihan merupakan keluarnya cairan dari vagina. Keputihan normal terjadi pada saat menjelang, sesudah, atau ditengah-tengah siklus menstruasi. Jumlahnya tidak terlalu banyak, jernih, keputihan ini disebabkan oleh hormon yang ada dalam tubuh. Keputihan abnormal jumlahnya sangat banyak, berwarna, berbauh, dan disertai keluhan-keluhan seperti gatal, nyeri, terjadi pembengkakan, panas dan pedih ketika buang air kecil, serta nyeri perut bagian bawah (Fitri, 2006).

Merawat organ kewanitaan yang sensitif tidak boleh diabaikan, karena letaknya yang tersembunyi sehingga mudah lembab dan mudah terjangkit bakteri,akibatnya mudah terkena infeksi atau peradangan dan disebut juga vaginitis (Fitri, 2006).

Penyakit vaginitis mengenai 180 juta perempuan diseluruh dunia, dan sekitar 10,00% sampai 25,00% wanita terkena infeksi ini. Rata-rata wanita pernah mengalami vaginitis, baik yang masih gadis maupun yang telah menikah, sekitar 90% dari wanita yang terkena, kondisi ini disebabkan oleh vaginitis bakterial kandidiasis dan trikomoniasis vulvovaginal (Fitri, 2006).

Data yang diperoleh dari Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah Lamongan sebanyak 174 usia reproduksi. Dari survei awal yang dilakukan peneliti di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah ….............. pada tanggal 8 Februari 2010 terhadap 10 responden didapatkan. 8 remaja atau 80,00% tidak melakukan perawatan daerah kewanitaan secara khusus dan 2 remaja atau 20,00% melakukan perawatan daerah kewanitaan secara khusus. Dari data tersebut diatas masih banyak remaja putri yang tidak menjaga atau merawat kebersihan daerah kewanitaan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi masalah pemeliharaan kebersihan daerah kewanitaan adalah tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan, Umur, Minat, Pengalaman, kebudayaan dan informasi.

Sebagai faktor pertama yaitu pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo Notoatmodjo,2007). Dengan pengetahuan maka remaja akan mengerti dampak dari tidak memelihara organ kewanitaan dan dampak apabila mereka memelihara organ kewanitaan secara rutin.

Faktor yang bisa mempengaruhi kedua yaitu pendidikan. Pendidikan didefinisikan sebagai segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Soekidjo Notoatmodjo,2007). Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi, baik dari orang lain maupun dari media masa, semakin banyak informasi yang masuk makin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang bagaimana cara memelihara organ kewanitaan.

Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung (Wahit Iqbal M, 2007). Seseorang yang hidup dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari akan cenderung jarang memperhatikan kebersihan, dan mereka memiliki waktu sedikit untuk memelihara kebersihan terutama organ kewanitaan.

Umur, dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (Wahit Iqbal M, 2007). Semakin bertambah umur seseorang maka akan semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Dengan begitu remaja putri akan semakin tahu cara memelihara organ kewanitaan mereka.

Minat, sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam (Wahit Iqbal M, 2007). Dengan minat seseorang remaja putri akan tekun belajar dan memahami tentang merawat daerah kewanitaan secara benar.

Pengalaman, adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Wahit Iqbal M, 2007). Dengan pengalaman seseorang akan berhati-hati dalam bertindak. Begitu juga remaja putri akan lebih berhati-hati dalam memelihara kebersihan organ kewanitaan mereka supaya terhindar dari segala macam penyakit yang menyerang.

Kebudayaan, dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita (Wahit Iqbal M, 2007). Kebudayaan merupakan adat istiadat atau kebiasaan suatu daerah yang mempengaruhi terhadap pembentukan sikap dan kebiasaan seorang remaja putri dalam melakukan perawatan daerah kewanitaan.

Informasi, kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru (Wahit Iqbal M, 2007). Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, jika remaja putri memperoleh banyak informasi maka cenderung mempunyai pengetahuan yang lebih luas tentang memelihara kebersihan organ kewanitaan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah memberikan informasi atau tentang pentingnya pemeliharaan daerah kewanitaan terutama pada remaja putri di Pondok Pesantren melalui kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Dari latar belakang diatas banyak faktor yang dapat mempengaruhi pemeliharaan daerah kewanitaan maka peneliti membatasi pada faktor pengetahuan.




    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan tentang “ Bagaimana Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah ….............”?

    1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan di Pondok Pesantren Al-Mizan Muhammadiyah ….............

    1. Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1) Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan bagi profesi dalam memberikan informasi pada Remaja Putri tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan.

2) Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti untuk mengetahui lebih dalam tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.





1.4.2 Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan bagi penanggung jawab terkait termasuk tenaga kesehatan yang ada di dalamnya dalam memberikan informasi tentang Pemeliharaan Kebersihan Daerah Kewanitaan.


Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,