Skip to main content

IDENTIFIKASI TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERAWATAN DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI SMUN KEMBANGBAHU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat menyebabkan arus informasi makin terbuka baik melalui media massa, elektronik, dan transportasi antar bangsa. Sebagai dampaknya dapat dilihat dari segi perkembangan budaya bangsa, pengaruh budaya asing tidak dapat lagi ditiltrasi oleh para generasi muda sebagai penerus budaya bangsa. Budaya barat seakan menjadi sebuah tradisi baru yang dijadikan sebagai ikon remaja saat ini. Prilaku remaja seakan berkiblat pada budaya barat, hal ini dapat dilihat dari penampilan para remaja, cara berpakaian dan gaya rambut yang dibilang mode. Cara bergaul dan pembatasan norma serta etika yang ada di masyarakat mulai terkikis, hal ini dapat dilihat tidak adanya batasan hubungan dengan lawan jenis. Pergaulan bebas dan kehamilan pranikah seolah-olah menjadi hal yang biasa terjadi, malah ada yang memandang sebagai suatu kebanggaan tersendiri bagi remaja (Wibisana, 1997 : 3).

1

Pada masa peralihan, remaja melakukan percobaan sehubungan dengan matangnya fungsi reproduksi, seperti halnya Libido dan Desire dalam berinteraksi dengan pasangan remaja (Friedman, 1998 : 236). Pengetahuan tentang reproduksi cenderung dikesampingkan dalam proses kematangan pada usia remaja, hal ini disebabkan oleh kurangnya informasi dari lingkungan dan keluarga yang tabu membicarakan reproduksi, akan tetapi remaja mendapatkan informasi dari sumber-sumber lain yang tidak akurat, khususnya dari teman. (Sarlito WS, 2002 : 159).

Kesehatan reproduksi merupakan kesehatan yang utama bagi kaum remaja khususnya remaja putri, remaja yang baru memasuki usia pubertas, belum begitu memperhatikan bagaimana cara memelihara alat reproduksi agar tidak mudah tererang suatu penyakit terutama penyakit kelamin. Penyakit kelamin ini sangat bermacam-macam, misalnya vaginitis salah satu penyebab yang mendukung adalah hygiene yang kurang.

Pengetahuan yang baik dan benar dalam pemeliharaan kesehatan reproduksi akan berdampak yang positif pula bagi remaja putri dalam pemeliharaan kesehatan reproduksi.

Dari survey awal yang dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2007. Pada siswa kelas 2 SMUN Kembangbahu, dengan jumlah 20 responden didapatkan 3 orang (30 %) mengerti tentang perawatan dan kesehatan reproduksi, sedangkan 17 orang (70 %) kurang mengerti tentang perawatan dan kesehatan reproduksi. Dari data di atas menunjukkan bahawa mayoritas remaja putri belum mengerti tentang organ reproduksi dan cara perawatannya guna mencegah terjadinya berbagai penyakit yang berhubungan dengan organ reproduksi mereka.

Kematangan organ reproduksi muncul setelah melewati masa remaja dan masuk ke masa dewasa, maka perlu disampaikan secara dini kepada para remaja suatu gambaran yang lengkap tentang resiko terjadinya kehamilan pranikah serta cara pencegahan dan penanggulangannya. Disamping itu orang tua hendaknya memberikan perhatian yang cukup pada anak-anak, selektif dalam memilih media informasi, memberikan pendidikan seks yang balk, lebih menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak dan meyakinkan anak untuk mengikuti kegiatan organisasi remaja yang positif Masa remaja harus bisa mengatasi masalah-masalah fisik dan psikososial yang berat termasuk harus tanggap terutama dalam pemeliharaan kesehatan reproduksi serta akan kemandiriannya dalam merawat alat kelaminnya Sehingga remaja dapat menekan perasaannya untuk berprilaku yang mengarah ke seksual pra nikah.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja putri tentang organ reproduksi dalam kaitannya terhadap peningkatan kesehatan organ reproduksinya, diantaranya : Informasi Media Massa, pengalaman, peran keluarga, petugas kesehatan, dan pendidikan di sekolah.

Informasi media massa merupakan salah satu sarana penting dalam mendapatkan informasi yang paling hangat dan politis dalam psikologis sosial balk di koran, majalah, tabloid dan lain-lain. Media elektronik adalah suatu sarana yang bisa dilihat dan didengar. Misalnya televisi, tape recorder, radio yang selalu menyajikan tentang informasi-informasi tertentu. (Sears Davis dkk, 1997 : 29).

Dengan bebasnya pertukaran informasi terutama yang mengarah pada free seks maka remaja sering terperangkap dalam hubungan seksual pra nikah yang mana hal demikian memungkinkan terjadinya kehamilan.

Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan individu, pengalaman adalah guru yang baik, pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan (Notoatmodjo S, 1999 : 19). Seseorang yang berpengalaman akan mudah dalam menerima suatu informasi, misalnya remaja putri yang sudah pubertas akan lebih mudah tentang reproduksi. Demikian sebaliknya remaja putri yang belum pubertas kurang memahami tentang reproduksi. Maka pengalaman berdampak kurang baik balgi remaja putri.

Peran keluarga dalam memberikan pendidikan yang bersifat informal dalam keluarga dapat dilakukan sejak kecil, misalnya dengan mengenalkan masalah pentingnya perkawinan di usia dewasa. Jika keluarga peduli kepada anaknya misalnya memberikan pendidikan pentingnya perkawinan bagi anak wanita usia dewasa atau laki-laki dewasa yang sudah siap untuk menikah agar tidak terjerumus dalam hubungan seks bebas yang sangat mencelakakan kehidupan manusia. Begitu juga sebaliknya, remaja yang masa kecilnya tidak diperkenalkan tentang pentingnya perkawinan bagi wanita atau laki-laki yang dewasa, jika sudah menginjak masa remaja akan kurang pengetahuannya tentang pentingnya makna sebuah perkawinan yang baik dan benar.

Petugas kesehatan merupakan pemberi bantuan agar remaja bebas dari masalah kesehatan. Memberikan petunjuk serta dorongan bagaimana para remaja dapat menjaga kesehatan dirinya (Christina Ibrahim, 1997 : 90). Semakin tinggi kepedulian petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan atau pendidikan tentang reproduksi para remaja putri maka semakin tinggi pula pengetahuan yang diperoleh remaja putri tersebut. Namun bila petugas kesehatan kurang memberikan fasilitator maka kemungkinan remaja putri akan rendah pengetahuannya mengenai reproduksi tersebut.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan pengetahuan adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, keluarga, atau individu. (Notoatmodjo S, 2000 : 56). Dalam pendidikan kesehatan yang diberikan di sekolah ini digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku, misalnya remaja putri yang baru diberikan pendidikan tentang reproduksi akan mendapatkan pengetahuan luas dan akan tahu tentang dampak hubungan seksual remaja dan kehamilan pra nikah di usia remaja.

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan banyak faktor yang ikut berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja putri tentang organ reproduksi berhunungan dengan proses perawatannya guna peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit organ reproduksi mereka. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang perawatan dan kesehatan reproduksi sehingga nantinya dengan adanya peningkatan pengetahuan diharapkan remaja putri akan mengerti dan memahami cara perawatan dan kesehatan reproduksi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimana pengetahuan remaja putri di SMU Kembangbahu ............... tentang kesehatan reproduksi ?

1.2.2 Bagaimana identifikasi gambaran pengetahuan remaja putri tentang perawatan organ reproduksi?

1.2.3 Bagaimana upaya remaja putri di SMUN Kembangbahu ............... terhadap perawatan kesehatan reproduksi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri terhadap perawatan kesehatan reproduksi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi.

1.3.2.2 Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang perawatan organ reproduksi.

1.3.2.3 Mengidentifikasi upaya perawatan kesehatan reproduksi usia remaja.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi profesi keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam pengembangan asuhan keperawatan tentang pengetahuan reproduksi usia remaja.

1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya tentang reproduksi usia remaja dan peningkatan kesehatan reproduksi.

1.4.3 Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan/informasi yang berupa khususnya tentang tingkat pengetahuan mereka tentang perawatan kesehatan reproduksi sebagai pedoman dalam menerapkan cara-cara hidup sehat.

1.5 Batasan Masalah

Tingkat pengetahuan tentang perawatan dan kesehatan reproduksi.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec