Skip to main content

pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan di

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara alamiah setiap individu hidup akan melalui tahapan pertumbuhan dan perkembangan yaitu sejak masa embrio sampai hayatnya mengalami perubahan kearah peningkatan baik secara ukuran maupun kematangan. Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan anak akan bervariasi dari satu anak dengan anak lainnya (Supartini, 2004 : 48). Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan komplek melalui proses maturasi dan pembelajaran. Perkembangan berhubungan dengan perubahan secara kualitas, diantaranya terjadi peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi yang dicapai melalui proses pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran (Wong, 2000).
Selama periode perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi dapat berkembang secara optimal. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi dalam kandungan, sedangkan lingkungan yang tidak mendukung akan menghambat perkembangan anak tersebut. Perkembangan anak baik perkembangan fisik yang terdiri dari motorik kasar dan halus, kognitif, emosi, bahasa, personal sosial, memerlukan deteksi dan intervensi dini guna membantu agar tumbuh kembang anak dapat berlangsung seoptimal mungkin (Soetjiningsih, 1995 : 29). Kemajuan perkembangan anak ditentukan oleh pencapaian kemampuan fungsional yang memiliki prinsip bahwa terdapat pola kemajuan yang nyata dan konsisten yang dapat digambarkan dalam kemajuan ke jenjang yang penting. Untuk mengetahui perkembangan kesehatan bayi dan anak, sejak tahun 2006 oleh Departemen Kesehatan telah dikembangkan buku pemantau kesehatan ibu dan anak. Dengan adanya buku tersebut, diharapkan bayi dan anak dapat terpantau perkembangan baik oleh ibu maupun oleh petugas kesehatan.
Hasil penelitian pada balita diberbagai daerah di Indonesia didapatkan hasil bahwa masih banyak orang tua yang hanya menguasai sedikit saja cara mengasuh anak (Schaefer, 1992). Hal tersebut dikuatkan oleh Sacharin (1996 : 50) bahwa keluarga harus dapat mengasuh anaknya sesuai tingkat perkembangan dan pertumbuhan, yang mana dengan pola asuh yang baik akan menjadikan seorang anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga anak tidak mengalami salah asuh dari orang tua. Penelitian tersebut menjadi cerminan bahwa di negara berkembang terdapat banyak masalah dalam tumbuh kembang anak, hal ini dapat dilihat dari kenyataan bahwa masih banyak orang tua yang mengabaikan apa yang dibutuhkan anak dalam mencapai perkembangan yang optimal. Banyak orang tua berpikir bahwa perkembangan anak tidak membutuhkan perhatian yang khusus. Keadaan tersebut diperkuat dari survei awal pada 10 ibu Di Desa Pucuk didapatkan data bahwa 6 (60%) ibu belum melaksanakan cara mengasuh anak yang benar, sedangkan (40%) ibu telah melaksanakan cara mengasuh anak yang benar. Mereka beranggapan bahwa jika pertumbuhan fisik anaknya normal maka perkembangannya juga tidak ada masalah, serta berpikir bahwa perkembangan anak tidak membutuhkan perhatian yang khusus, sehingga hal ini dapat mengganggu perkembangan anak.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan pengasuhan anak yang kurang benar diantaranya adalah : pengetahuan, kebudayaan, lingkungan dan keluarga.
Pengetahauan keluarga yang memadai tentang perkembangan anak akan digunakan oleh keluarga sebagai dasar untuk melaksanakan pengasuhan yang benar diantaranya dengan cara melakukan stimulasi dan deteksi dini terhadap terjadinya penyimpangan tumbuh kembangnya. Hal ini sesuai dengan konsep yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa perilaku yang didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan langgeng, sebaliknya dengan pengetahuan yang rendah pengasuhan yang dilakukan juga kurang memadai.
Kebudayaan bisa tercipta dari inisiatif dan kreatif manusia, kebudayaan keluarga yang mendukung kebudayaan akan memberi dampak pengasuhan yang baik, sebaliknya kebudayaan yang kurang mendukung akan memberi dampak pengasuhan yang tidak memadai.
Lingkungan pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar tempat tinggal kita diantaranya adalah masyarakat. Kondisi lingkungan yang memperhatikan pengasuhan anak dengan baik akan memberi contoh nyata bagi masyarakat yang ada disekelilingnya sehingga akan tercipta keadaan yang baik dalam hal pengasuhan anak, sebaliknya kondisi lingkungan yang tidak memperhatikan pengasuhan anak, maka pengasuhan terehadap anak menjadi kurang memadai.
Keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya, apabila keluarga tidak mendukung upaya perkembangan anaknya atau tidak berupaya memperoleh informasi tentang perkembangan anak dan menganggap perkembangan bayi atau anak itu alamiah saja, maka keluarga tersebut tidak bisa mengetahui apakah perkembangan anaknya terhambat atau tidak, demikian juga sebaliknya.
Anak yang tidak mendapat pengasuhan dengan benar dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya adalah gangguan atau keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan, oleh karena itu deteksi dini adanya masalah dan keterlambatan perkembangan anak sangat membantu mencegah resiko terjadinya penyimpangan tahapan perkembangan anak, maka dibutuhkan peran aktif orang tua salah satunya dengan menciptakan lingkungan yang dapat merangsang seluruh aspek perkembangan anak dan juga diperlukan pengetahuan ibu tentang perkembangan bayi usia 0-12 bulan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah telah melaksanakan program DDTK balita, buku kesehatan ibu dan anak, sebagai alat komunikasi, edukasi dan pemantauan kesehatan serta peranan daripihak swasta tentang pemasangan poster, leaflet dan sejenisnya, tetapi pada kenyataannnya masih timbul masalah rendahnya pengasuhan anak yang benar, maka perawat perlu meningkatkan perannya terutama dengan memberikan penyuluhan yang benar tentang pengasuhan anak sehingga pengetahuan orang tua tentang tugas perkembangan anak dapat meningkat karena keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat, dan dalam keluarga itulah kualitas pertumbuhan dan perkembangan anak ditentukan. Keluarga pula yang dapat memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih dan asah.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat dirumuskan pertanyaan masalah : “Bagaimana pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk ?”

1.3 Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan di Desa Pucuk Kecamatan Pucuk.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Instansi atau Institusi Tempat Penelitian
Sebagai informasi dan masukan mengenai pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan, sehingga dapat memberikan masukan terhadap tindak lanjut dalam meningkatkan pengetahuan orang tua.
1.4.2 Bagi Peneliti
Sebagai pengalaman dalam menerapkan ilmu di lapangan dan mendapatkan suatu gambaran dalam masyarakat mengenai pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan.


1.4.3 Bagi Profesi
Dapat memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan untuk penyuluhan kesehatan khususnya dalam hal cara pemantauan perkembangan pada anak.

1.5 Batasan Penelitian
Mengingat banyaknya faktor yang dapat menyebabkan kemampuan keluarga dalam pengasuhan anak kurang benar, maka peneliti membatasi pada ”pengetahuan keluarga tentang tugas perkembangan bayi usia 0-12 bulan”.

Comments

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ). Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia . Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbec

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,