Skip to main content

gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri

BAB 1

PENDAHULUAN

    1. Latar Belakang

Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara maju, modern dan industri keempat masalah kesehatan utama tersebut adalah penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa, dan kecelakaan. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidakmampuan serta identitas secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena mereka tidak produktif dan tidak efisien (Dadang Hawari, 2001 : ix ).

Gangguan jiwa Skizofrenia tidak terjadi dengan sendirinya begitu saja akan tetapi banyak faktor yang menyebabkan terjadinya gejala Skizofrenia. Berbagai penelitian telah banyak dalam teori biologi dan berfokus pada penyebab Skizofrenia yaitu faktor genetik, faktor neurotomi dan neurokimia atau struktur dan fungsi otak serta imunovirologi atau respon tubuh terhadap perjalanan suatu virus (Sheila L Videbeck, 2008:351).

Tingkat pengetahuan keluarga dalam perawatan merupakan suatu gambaran suatu peran dan fungsi yang dapat dijalankan dalam keluarga, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu perawatan individu dalam perannya didasari oleh harapan dan pada perilaku keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah asah, asih, asuh, dan juga beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga yaitu fungsi biologis, fungsi psikologis, fungsi sosial, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan.

Keluarga sebagai unit pelayanan yang merawat adalah keluarga yang ada disekitarnya, kesehatan keluarga diarahkan kepada bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam pengobatan untuk memelihara kesehatan keluarganya. Berdasarkan pemikiran diatas maka kesehatan diarahkan kepada bagaimana tingkat pengetahuan keluarga dalam pengobatan untuk memelihara kesehatan keluarga. Pemeliharaan kesehatan pada anggota kerluarga ini mempunyai dua prinsip yaitu pemeliharaan kesehatan fisik kesejahteraan psikologis dan emosional, secara relatif penelitian akhir telah menekankan pentingnya hubungan psikologis antara orang tua dan anak apalagi seorang gangguan jiwa Skizofrenia sangat membutuhkan perhatian atau perawatan yang khusus oleh anggota keluarga terutama dalam pemeliharaan pengobatan kesehatan.

Keberhasilan terapi gangguan jiwa Skizofrenia tidak hanya terletak pada terapi obat psikofarmaka dan jenis terapi lainya tetapi juga pengetahuan keluarga dan peran serta pasien dalam pengobatan. ( Dadang Hawari, 2001 : 97 )

Keperawatan jiwa sebagai bagian dari kesehatan jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktek keperawatan merupakan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri sendiri secara terapiutik sebagai kiatnya. Perawat jiwa dalam berkerja memberi stimulus konstruktif kepada sistem klien ( Individu, keluarga, kelompok dan komunitas ) dan membantu berespon secara konstruktif sehingga klien belajar cara penyelesaian masalah. Selain mengguanakan terapi modalitas dan komunikasi terapi (Dep. Kes RI, 2001:1)

Di Indonesia, sebanyak 1 – 3 orang dari 1000 penduduk mengalami gangguan jiwa. Dari 1 – 3 penderita tersebut separuh diantaranya berlanjut menjadi gangguan jiwa berat Skizofrenia. Akibatnya jumlah Skizofrenia di Indonesia terutama Jawa Timur mencapai 2 % dari populasi (Pd. Persi, 2008 ). Sementara data dari Dinas Kesehatan .............. pada tahun 2008 ditemukan 480 orang mengalami gangguan jiwa Skizofrenia. Menurut data di URJ Psikiatri RSD.Dr. Soegiri .............., pada bulan Desember 2008 dan Januari 2009 terdapat 32 pasien Skizofrenia. Survey awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 9 Februari 2009 tentang pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia terdapat 10 keluarga pasien yang periksa didapatkan data 8 atau 80 % keluarga belum mampu memberikan perawatan pada pasien skizofrenia sedangkan 2 atau 20 % sudah mampu memberikan perawatan pada pasien skizofrenia. Dari data diatas timbul masalah yaitu masih ada keluarga belum mampu memberikan perawatan pada pasien skizofrenia. Beberapa faktor yang mempengaruhi keluarga belum mampu memberikan perawatan pada pasien skizofrenia yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, informasi, sosial ekonomi, dan peran perawat.

Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 16 ) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Keluarga harus mempunyai pendidikan yang tinggi karena dengan pendidikan akan mengetahui bagaimana mengatasi perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia dengan tepat dan benar. sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba ( Soekidjo Notoatmodjo, 2003 : 121 ). Pengetahuan keluarga tentang perawatan sangat penting karena keluarga mempunyai pengetahuan yang luas akan mudah memperoleh informasi untuk pasien gangguan jiwa Skizofrenia dalam perawatan. Makin tinggi pengetahuan seseorang makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki sebaliknya pendidikan yang rendah akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai baru yang diperkenalkan.

Informasi adalah pengetahuan yang didapatkan dari pembelajaran, pengalaman, atau instruksi ( Wikipedia, 2008 ). informasi merupakan hal yang sangat penting karena dengan informasi adekuat maka pesan yang di sampaikan akan dilakukan dengan benar dan dapat memotivasi keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia. Keluarga harus banyak mencari informasi adekuat untuk perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia dengan banyak informasi akan memudahkan dan memotivasi keluarga dalam perawatan, sebaliknya informasi yang kurang akan menghambat keluarga dalam perawatan.

Sosial Ekonomi merupakan aturan yang berlaku untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam suatu rumah tangga. Misalnya, pendapatan jauh lebih rendah dari pengeluaran terlibat hutang, kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dapat menjadi sumber stress pada diri seseorang yang bilamana tidak dapat ditanggulangi yang bersangkutan dapat jatuh sakit (Dadang Hawari, 2001:33). Keluarga dengan sosial ekonomi yang rendah akan mempertimbangkan terlebih dahulu segala sesuatunya sebelum melaksanakan mereka akan mementingkan kebutuhan pokok daripada untuk perawatan keluarga gangguan jiwa Skizofrenia, sedangkan keluarga dengan ekonomi tinggi mempunyai kelebihan penghasilan yang dapat digunakan untuk perawatan anggota keluarga gangguan jiwa Skizofrenia.

Peran Perawat atau petugas kesehatan sebagai edukator, peran ini dilaksanakan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan tingkah laku dari klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan (Wahit Iqbal Mubarok, 2005; 76). Peran Tenaga Kesehatan ditujukan dalam rangka memberi bantuan dalam memecahkan permasalahan yang terkait manifestasi dan perawatan pasien skizofrenia, tugas dari tenaga kesehatan bukan hanya memberikan bantuan agar keluarga bebas dari masalah kesehatan pasien skizofrenia, akan tetapi memberikan petunjuk serta bagaimana keluarga menjaga kesehatan.

Kesembuhan pasien gangguan jiwa Skizofrenia relatif lama karena merupakan penyakit kronis, perawatan klien di rumah mungkin jauh lebih baik oleh karena itu pengetahuan keluarga dalam pengobatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia sangat penting untuk mendukung kesembuhan. Terapi gangguan jiwa Skizofrenia harus saling terkait antara pasien dengan Dokter psikiatri, perawat, keluarga, maupun masyarakat. Para petugas kesehatan atau perawat harus memberikan penyuluhan yang optimal kepada keluarga tentang cara perawatan pasien Skizofrenia sehingga keluarga dapat mengerti dan memahami bagaimana perawatan pasien Skizofrenia.

Untuk mendapatkan hasil yang diharapkan penelitian ini difokuskan kepada salah satu penyebab yang mempengaruhi pada pengobatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia yaitu pengetahuan keluarga pasien gangguan jiwa Skizofrenia dalam perawatan.

    1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah, yaitu : “Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa Skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri ..............?”

    1. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien Skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri ...............

    1. Manfaat Penelitian

      1. Praktis

1). Bagi peneliti

Sebagai bahan dasar untuk mengetahui gambaran pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia di URJ Psikiatri RSD Dr. Soegiri ...............




1.4.2 Akademik

1). Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan masukan bagi profesi dalam mengembangkan perencanaan perawatan yang akan dilakukan tentang perawatan pasien skizofrenia

2). Bagi Peneliti yang Akan Datang

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan, khususnya bagi ilmu keperawatan serta dapat digunakan acuan untuk peneliti yang akan datang

3). Bagi Petugas Kesehatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan perencanaan yang akan dilakukan tentang pengetahuan keluarga dalam perawatan pasien gangguan jiwa skizofrenia.

4). Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi institusi dan hasilnya dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Hubungan antara peran keluarga dan tingkat kecemasan Ibu hamil untuk melakukan hubungan sexual selama kehamilan trimester III

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada manusia sexualitas dapat dipandang sebagai pencetus dari hubungan antara individu, dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara 2 insan manusia (Hanifa Wiknjosastro, 1999:589). Menurut A. Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2003:500, mengemukakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari 5 tingkat, yaitu kebutuhan fisik, keamanan, pengalaman dari orang lain, harga diri dan perwujudan diri. Maslow juga mengungkapkan bahwa kebutuhan manusia yang paling dasar harus terpenuhi dahulu sebelum seseorang mampu mencapai kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya. Salah satu dari kebutuhan fisik atau kebutuhan yang paling dasar tersebut adalah sexual. Kebutuhan sexual juga harus diperhatikan bagaimana cara pemenuhannya seperti halnya dengan kebutuhan fisik lainnya, meskipun seseorang dalam keadaan hamil. 1 Walaupun sebenarnya sexual

gambaran pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-6 bulan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono: 2003). Pada umur 0-6 bulan, bayi tidak membutuhkan makanan atau minuman selain ASI. Artinya bayi hanya memperoleh susu ibu tanpa tambahan cairan lain,